JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melaporkan laba bersih konsolidasi senilai Rp 10,2 triliun pada semester I 2020, atau turun 23,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 13,53 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan, walaupun laba bersih mengalami penurunan, pihaknya memastikan likuiditas perseroan berada pada level yang aman dan dapat mendukung skenario ekspansi perseroan.
Royke juga menjelaskan, perseroan saat ini fokus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui kredit yang selektif saat pandemi Covid-19.
Baca juga: Bank Mandiri Kuasai Pasar Kredit Sindikasi di RI
Selain itu perseroan juga aktif berkontribusi dalam penyaluran kredit Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan melakukan restruturisasi kepada debitur terdampak Covid-19.
“Di tengah pandemi yang masih berlangsung, kami sampaikan fokus bank mandiri saat ini, yang pertama mendorong pertumbuhan melalui penyaluran kredit yang selektif, aktif berkontribusi dalam penyaluran kredit PEN, serta restrukturisasi debitur yang terdampak pandemi,” ungkap Royke dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Rabu (19/8/2020).
Royke menyebut, pihaknya optimis mampu menyalurkan penyaluran kredit hingga Rp 30 triliun yang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, yang bersumber dari penempatan uang negara di bank-bank Himbara untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 10 triliun.
“Realisasi penyaluran kredit PEN per tanggal 13 Agustus 2020 telah mencapai Rp 26,9 triliun kepada 50.596 debitur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 33.828 debitur atau 66,9 persen di antaranya merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM),” kata Royke.
Baca juga: Bank Mandiri Gandeng Bukalapak Promosikan Produk UMKM
Royke juga mengatakan, perseroan melakukan efisiensi biaya, dimana secara kuartal biaya operasional turun sebesar 8,7 persen.
Selanjutnya, perseroan terus berupaya meningkatkan akselerasi digital banking untuk menjaga kinerja, antara lain meningkatkan pengguna aktif Mandiri online. Pengguna aktif Mandiri Online pada Juni 2020 mencapai 3,8 juta dengan kenaikan transaksi 43 persen secara tahunan (year on year/yoy).
“Selain itu mendukung PSBB serta mengurangi kegiatan di luar rumah, layanan digital banking juga hadir untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang tidak dapat datang langsung ke cabang,” jelas dia.
Di sisi lain, pada kuartal II 2020 penyaluran kredit Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 4,38 persen (yoy) menjadi Rp 871,7 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 835,1 triliun.
Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) konsolidasi yang mencapai 15,82 persen (yoy) menjadi Rp 976,6 triliun, di mana komposisi dana murah mencapai 61,9 persen.
Baca juga: Pekan Pertama Agustus, Bank Mandiri Salurkan Kredit PEN Rp 5,6 Triliun
Perseroan juga mencatat ratio kredit bermasalah atau Non Peforming Loan (NPL) gross sebesar 3,28 persen, sementara rasio LFR (Loan to Funding Ratio) 85,7 persen.
Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) juga tercatat tumbuh 0,3 persen (yoy) sebesar Rp 28,93 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp 28,84 triliun.
Perseroan juga mencatatkan ratio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) naik 3,28 persen pada semester I tahun 2020 dibanding periode sama tahun lalu sebesar 2,59 persen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.