Perry memandang, rupiah akan kembali berpotensi menguat seiring level fundamentalnya yang masih undervalued. Hal ini didukung oleh rendahnya inflasi.
"Kalau diukur faktor fundamental, inflasi akhir tahun ini rendah, bahkan di batas bawah kisaran sasaran. Inflasi akhir tahun akan mengarah ke arah 2 persen. Kalau inflasi rendah, nilau tukar menguat," ucap Perry.
Faktor lainnya adalah defisit transaksi berjalan rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, premi risiko Indonesia yang menurun, dan prospek pemulihan ekonomi yang menguat pada semester II 2020.
"Defisit transaksi berjalan akan di bawah 1,5 persen dari PDB. Dengan keputusan (BI mempertahankan suku bunga) 4 persen, insya Allah aliran modal asing masuk, nilai tukar akan menguat," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.