Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menristek Tekankan Pentingnya Inovasi AI untuk Memajukan Ekonomi Nasional

Kompas.com - 19/08/2020, 17:36 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro menekankan pentingnya inovasi Artificial Intelligence (AI) dalam kegiatan ekonomi di Indonesia untuk menciptakan daya saing global di masa depan.

Bambang mengatakan, Indonesia memiliki cita-cita besar di tahun 2045 tepatnya di usia 100 tahun kemerdekaan ingin menjadi developed country (negara maju) dengan target keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Hal ini tentunya hanya bisa diwujudkan dengan ekonomi yang berbasis inovasi.

“Untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah, ada hal yang bisa dilakukan yakni dengan pendekatan yang mungkin baru bagi kita, yaitu ekonomi berbasis inovasi,” kata Bambang dalam virtual konferensi, Rabu (19/8/2020).

Baca juga: Pangkas Jurnalis, Microsoft "Pekerjakan" AI

Menurut Bambang, saat ini inovasi tentunya tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama IPTEK berbasis AI. Maka dari itu riset berbasis IPTEK secara konsisiten perlu untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan.

“Jadi artinya ekonomi kita tidak boleh tergantung pada ekstraksi Sumber Daya Alam (SDA), baik dari pertanian dan pertambangan saja. Namun, melalui sentuhan IPTEK maka kita bisa menciptakan nilai tambah secara maksimal,” jelas dia.

Namun demikian, riset di Indonesia cenderung terhambat karena minimnya dana. Menurut dia, pendanaan untuk R&D (Research and development) sangat terbatas, bahkan hanya 0,25 persen dari GDP. Dari 0,25 persen tersebuh, bahkan 80 persennya dikontribusikan dari APBN.

“Jadi yang kurang adalah partisipasi swasta. Kita harapkan swasta bisa lebih berpartisipasi pada kegiatan R&D, termasuk perusahaan yang bergerak di bidang digital,” jelas dia.

Ia mencontohkan negara yang mampu mengadaptasi teknologi AI dalam menggenjot inovasi produksi lokal yang berdaya saing.

Menurutnya, Swedia dengan populasi masyarakat yang kecil mampu memiliki produk yang dikenal dunia seperti Skype, Bluetooth dan Spotify. Sementara di luar sektor digital ada perusahaan furniture yang melakukan inovasi, IKEA.

Bambang menjelaskan, strategi lima tahun kedepan ia akan fokus pada riset atau inovasi yang mnghasilkan teknologi tepat guna. Misalkan saja berguna bagi masyarakat pedesaan dalam mendukung pengembangan usaha dan peningkatan traf hidup.

Baca juga: Saat AI dan Machine Learning Menantang Lembaga Survei

“Mayoritas masyarakat kita bergantung pada sektor pertanian di pedesaan dan juga UMKM. Mereka membutuhkan inovasi yg tepat guna dan sentuhan teknologi yang tepat dan berdampak pada kehidupan sehari-hari serta bisnsis mereka,” tegas dia.

Selanjutnya, komersialisasi dan value added creation cukup penting agar masyarakat memahami untuk tidak hanya menjual SDA saja, namun berinovasi dengan SDA yang ada sehingga menciptakan nilai yang berlipat ganda.

“Kalau kita mempunyai SDA dan kita puas hanya dengan menjual SDA mentah yang menjadi devisa, maka kebahagiaan kita akan berumur pendek. Sementara dengan inovasi dan teknologi, maka SDA itu nantinya akan memiliki nilai berkali lipat bahkan mampu menyejahterakan,” jelas dia.

Adapun inovasi dalam AI yang sudah mulai dikembangkan di Indonesia antara lain, inovasi dalam transportasi, perkebunan, pertahanan / keamanan, dan kuga kesehatan. Misalkan saja Autonomous Vehicle atau mobil tanpa sopir.

Selanjutnya pengembangan di sektor pertanian seperti diesel bio karbon, pengelolaan garam industri dengan kadar NaCl diatas 90 persen. Ada juga pengembangan alutista berupa pesawat tanpa awak atau drone untuk kebutuhan militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com