Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management

Direktur Panin Asset Management salah satu perusahaan Manajer Investasi pengelola reksa dana terkemuka di Indonesia.
Wakil Ketua I Perkumpulan Wakil Manajer Investasi Indonesia periode 2019 - 2022 dan Wakil Ketua II Asosiasi Manajer Investasi Indonesia Periode 2021 - 2023.
Asesor di Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal Indonesia (LSPPMI) untuk izin WMI dan WAPERD.
Penulis buku Reksa Dana dan Obligasi yang diterbitkan Gramedia Elexmedia.
Tulisan merupakan pendapat pribadi

Apakah Indonesia Bisa Mengalami Resesi di 2020?

Kompas.com - 24/08/2020, 14:08 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dengan demikian hampir bisa dipastikan angka PDB Kuartal III 2020 akan lebih rendah dari periode yang sama 2019. Dengan kata lain, pada pengumuman PDB Kuartal III nanti yang diperkirakan sekitar bulan Oktober atau November, secara resmi Indonesia akan mengalami resesi.

Apakah upaya subsidi gaji Rp 600.000 per bulan dan bantuan hibah Rp 2.4 juta kepada UMKM yang baru-baru ini diumumkan bisa membantu Indonesia keluar dari resesi?

Baca juga: Mengapa Pemerintah Suatu Negara Perlu Mengumumkan bila Terjadi Resesi?

Kita hitung saja, bantuan Rp 600.000 per bulan diberikan selama 4 bulan kepada 15,7 juta pekerja. Rp 600.000 x 4 bulan x 15,7 juta karyawan = Rp 37,68 triliun. Kemudian Rp 2,4 juta kepada 12 juta pelaku usaha. Rp 2,4 juta x 12 juta UMKM = Rp28,8 triliun. Dijumlahkan Rp 66,48 triliun.

Dalam teori PDB, angka Rp 66,48 T ini adalah Pengeluaran Pemerintah (G). Ketika diterima masyarakat akan dikonsumsikan sehingga PDB bisa bertambah lagi sejumlah yang sama. Sehingga kalau dikalikan 2 menjadi sekitar Rp 132,9 Triliun.

Angka tersebut dengan asumsi tersalurkan semua. Padahal kita tahu, belum tentu semua data valid dan urusan birokrasi masih menjadi tantangan di Indonesia.

Kemudian bisa jadi ketika uang sudah diperoleh, tidak semuanya dibelanjakan. Ada yang digunakan untuk bayar hutang, disimpan atau investasi.

Angka PDB pada kuartal II 2020 adalah Rp 2.589 triliun. Dengan asumsi pada kuartal III angkanya masih sama dan terdapat tambahan Rp 132 triliun akan menjadi Rp 2.721 triliun masih lebih rendah dari kuartal II 2019 yang sebesar Rp 2.818 triliun.

Tentu saja, hitungan ini bisa salah. Jika konsumsi sudah pulih pada kuartal III 2020 karena pembukaan ekonomi sudah dilakukan secara bertahap, bisa saja angkanya lebih tinggi.

Tapi belajar dari pengalaman di luar negeri, program subsidi gaji dan hibah untuk UMKM juga banyak dilakukan di negara maju. Bahkan secara angka jauh lebih besar karena perbedaan kurs serta sudah dijalankan sejak dari bulan Maret sampai sekarang, tetap saja angka pertumbuhan PDBnya negatif.

Apakah status resesi berdampak negatif terhadap investasi?

Jika hanya negara Indonesia saja yang mengalaminya, maka status resesi akan berdampak terhadap rating surat hutang, kurs nilai tukar, minat asing dan permintaan imbal hasil terhadap surat utang, serta sentimen negatif terhadap saham.

Namun jika fenomena resesi ini terjadi di banyak negara, maka resesi ini bukan lagi hal yang negatif. Investor akan melihat negara mana yang resesinya paling parah dalam arti pertumbuhan ekonominya negatif paling besar.

Kelihatannya konsumsi domestik kali ini memang tidak bisa menyelamatkan Indonesia dari status resesi sebagaimana pengalaman sebelumnya, tapi bisa dipastikan kondisi negara kita bukan merupakan negara yang terburuk karena porsi ketergantungan terhadap pariwisata dan perdagangan relatif kecil.

Dengan vaksin yang akan disalurkan secara bertahap mulai tahun depan, diharapkan pemulihan juga berjalan dengan cepat.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com