Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misbakhun: Saya Khawatir Ada Kelumpuhan Ekonomi

Kompas.com - 25/08/2020, 18:23 WIB
Fika Nurul Ulya,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Golkar, Mukhamad Misbakhun khawatir terjadinya kelumpuhan ekonomi domestik dari krisis berkepanjangan akibat pandemi Covid-19.

Kelumpuhan disebabkan oleh penurunan pendapatan per kapita, situasi sosial kemasyarakatan dan anjloknya konsumsi rumah tangga.

"Yang saya khawatirkan adalah adanya kelumpuhan (ekonomi). Kita cermati bukan hanya bicara tentang krisis, tapi bicara kelumpuhan. Ini (resesi) merupakan peringatan awal yang mau tidak mau kita cermati secara mendalam," kata Misbakhun dalam webinar Akurat.co, Selasa (25/8/2020).

Baca juga: Bosowa Bakal Gugat Hasil RUPSLB Bukopin, Ini Penyebabnya

Misbakhun menyebut, rendahnya konsumsi rumah tangga, yang menjadi tulang punggung dengan porsi 56,6 persen dari PDB, menyebabkan penurunan di beberapa titik.

Dorongan pemerintah menyalurkan bantuan sosial dirasa tidak cukup, karena belanja negara hanya berkontribusi hampir sekitar 9 persen dari PDB. Apalagi, beberapa kelompok masyarakat rentan belum menikmati bansos yang disalurkan.

"Apa kemudian bisa membantu menekan kontraksi (ekonomi)? Karena bantuan sosial bukan merupakan tulang punggung. Ada kelompok kelas menengah rentan yang selama ini belum dapat sentuhan (bansos)," ujar dia.

Adapun untuk menekan kontraksi sehingga terhindar dari kelumpuhan, pemerintah perlu memperluas jangkauan program insentif terhadap masyarakat kelompok menengah rentan.

Baca juga: Resesi Kian Nyata, Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Minus 2 Persen

Misalnya, pemberian subsidi gaji tak hanya menjangkau pegawai dengan gaji di bawah Rp 5 juta, tapi juga harus menjangkau pegawai dengan gaji direntang Rp 10-15 juta.

"Karena mereka punya tabungan yang mulai menyusut. Data di LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), masyarakat dengan nilai rekening di bawah Rp 100 juta mengalami penurunan. Kalau di negara lain, mereka (pekerja) dapat cek untuk menjaga daya belinya," papar Misbakhun.

Begitu juga untuk kelompok UMKM di kelas menengah, dengan pendapatan sekitar Rp 100 - Rp 500 juta per bulan. Kelompok usaha ini memang tak masuk dalam usaha ultra mikro, tapi tak masuk juga dalam golongan usaha bertahan.

"Mereka kelas menengah yang mau menetas, ini belum ada stimulus. Buat formulasi baru, berikan stimulus terhadap kelompok-kelompok ini. Karena kalau enggak begitu, konsum rumah tangga pasti akan tergerus," pungkasnya.

Baca juga: Bayang Resesi Bikin Rupiah Ditutup Menguat Terbatas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com