Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buah-buahan Indonesia Punya Peluang Pasar di Rusia

Kompas.com - 26/08/2020, 21:21 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Buah asal Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memperluas pasar di Rusia. Hanya saja peningkatan ekspor dapat dilakukan dengan memperbaiki kendala konektivitas dan teknologi dalam proses pengiriman.

Duta Besar RI untuk Rusia periode 2016- Juli 2020, Wahid Supriyadi mengatakan, potensi besar buah asal Indonesia semakin nampak usai usai Uni Eropa memutuskan memperpanjang sanksi ekonomi terhadap Rusia. Hal tersebut menggangu perdagangan sayur dan buah-buahan antar keduanya.

"Perhitungan kira-kira ada 2,45 miliar dollar AS yang ditinggal Uni Eropa (karena konflik dengan Rusia). Ini peluang yang besar sekali dan yang selama ini belum kita manfaatkan," ungkapnya dalam diskusi virtual Core Economic Talks, Rabu (26/8/2020).

Baca juga: Pemerintah Dorong Penetrasi Ekspor Buah Naga ke China

Berdasarkan data Federal Custom Service Rusia, total impor sayur dan buah negara tersebut mencapai mencapai 6,5 miliar dollar AS, dengan jumlah 7,07 ton pada tahun 2019.

Sayangnya, di tahun yang sama, Indonesia hanya mengambil pasar buah Rusia dengan nilai ekspor 11,28 juta dollar AS dan jumlahnya 8.146 ton.

Impor sayur dan buah Rusia didominasi oleh Ekuador sebesar 21 persen, Turki 15 persen, China 10 persen, Azerbaijan 6 persen, Mesir 6 persen, Moldova 5 persen, dan Belarus 4 persen.

"Yang sangat heran buat saya, impor paling besar buah dan sayuran itu dari Ekuador yang jaraknya saja lebih jauh dari Indonesia. Gila lagi, pisang iitu 96 persen share-nya dikuasai Ekuador yang cuma jenis pisang ambon. Padahal kita punya banyak jenis pisang," ucapnya.

Wahid mengatakan, dengan potensi alam yang ada, Indonesia punya potensi sangat besar untuk bisa menguasai pasar buah-buahan Rusia. Hanya saja, terkendala konektivitas yakni jarak yang jauh dan tidak ada penerbangan langsung dari Indonesia ke Rusia.

Selain itu, terdapat pula tantangan untuk menyediakan teknologi yang mampu menjaga kualitas buah tetap baik sampai tiba di Rusia.

Tentunya penyelesaian persoalan ini perlu campur tangan pemerintah. Ia bilang, penting setiap kementerian dan lembaga memperkuat berkoordinasi untuk bisa mendorong peningkatan ekspor.

Wahid menyatakan, seperti dalam hal teknologi, di mana Batan ternyata sudah menemukan teknologi yang disebut super gama untuk bisa menjaga kulitas buah saat diekspor. Oleh sebab itu, dirinya sudah berupaya untuk menghubungkan temuan tersebut dengan dengan Kementerian Pertanian.

"Saya ketemu dengan Batan, ini sudah dihubungkan dengan Kementan, mudah-mudahan dilakukan (kerja sama). Jadi teknologi super gama ini, misal kita ekspor mangga atau pisang, itu 40-45 hari seklipun untuk sampai di sana masih hijau, masih bagus," ungkapnya.

Baca juga: Indonesia Akan Ekspor 100 Ton Bawang Goreng ke Malaysia

Di sisi lain, tingginya potensi buah asal Indonesia di pasar Rusia juga nampak dari pasokan buah tropis yang sering kali didapati habis di berbagai pasar swalayan. Padahal harga-harga yang dibanderol terbilang mahal.

Wahid menyebutkan, buah naga dijual sekitar Rp 94.000, nanas Rp 151.000, rambutan Rp 70.000, serta manggis Rp 80.000. Buah-buahan yang dijual tersebut memiliki ukuran yang terbilang standar, bahkan terkadang kecil.

"Artinya memang ada market disana. Nah ini yang kita dorong , kita masih punya prospeknya," pungkas dia.

Baca juga: Mendag: Buah Naga dari Indonesia Bisa Bersaing dengan Vietnam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com