Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjau Proyek Kilang, Kepala BKPM: Tantangan Presiden Sudah Dijawab Pertamina

Kompas.com - 30/08/2020, 10:06 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia melakukan peninjauan langsung proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Balikpapan & Lawe-Lawe di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (28/8/2020) yang lalu.

Dalam kunjungan tersebut, Bahlil didampingi oleh Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) Narendra Widjajanto dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Mardani Maming.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia turut menyampaikan apresiasinya atas berjalannya proyek RDMP RU V Balikpapan & Lawe-Lawe di tengah situasi pandemi saat ini.

"Salah satu yang membuat defisit neraca perdagangan adalah impor minyak dan gas. Presiden selalu bertanya mengapa kita tidak bisa bangun kilang sendiri? Tantangan ini sudah dijawab Pertamina dengan membangun beberapa kilang, salah satunya di Balikpapan. Ini hanya salah satu dari beberapa proyek besar Pertamina,” ujarnya mengutip keterangan resminya, Minggu (30/8/2020).

Baca juga: Bahlil: Singapura Resesi, Tak Pengaruh ke Investasi Indonesia

Menurut dia, proyek RDMP RU V Balikpapan & Lawe-Lawe ini merupakan proyek Strategis Nasional (PSN) yang merupakan bagian dari upaya besar yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan energi nasional.

"Saya kira bangsa ini mampu dihargai oleh negara lain, jika kita semua mampu untuk berkolaborasi dan bekerja sama demi mewujudkan apa yang menjadi target. BKPM berkomitmen memfasilitasi dan mengawal proyek ini hingga tuntas," kata Bahlil.

Sementara itu Direktur Utama PT KPI Ignatius Tallulembang menyatakan Proyek RDMP RU V Balikpapan & Lawe-Lawe adalah proyek terbesar Pertamina dengan nilai mencapai 6,5 miliar dollar AS. Proyek ini, kata dia, akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi BBM.

Dia berpendapat proyek ini tentu akan mendorong peningkatan devisa dan penerimaan pajak.

“Produk yang dihasilkan nantinya akan memiliki standar Euro V. Artinya sudah sama dengan negara-negara maju. Ke depan Indonesia akan menjadi pemain terbesar dan terkuat di kawasan regional, bahkan mengalahkan Petronas Malaysia dan Korea National Oil Corporation (KNOC) Korea Selatan. Kita berfokus menciptakan kemandirian dan ketahanan energi, dan selanjutnya kedaulatan energi,” katanya.

Pembangunan proyek kilang ini sudah mencapai 19 persen dan ditargetkan akan selesai di tahun 2023 mendatang.

Baca juga: Pertamina Mulai Uji Peforma Green Energy D-100, Ini Hasilnya

Sementara itu Direktur Utama PT KPB Narendra Widjajanto mengutarakan bahwa semua rencana tetap berjalan sesuai jadwal dan di masa pandemi ini juga sekaligus mendorong Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) menyerap tenaga kerja.

"Saat ini tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 4.500 orang. Dan tentunya di tahun mendatang akan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja," jelas dia.

Sebagai informasi, kilang minyak di Balikpapan ini terakhir kali diperbarui pada tahun 1995 dengan produksi mencapai 260.000 barrel per hari hingga saat ini. Target kapasitas produksi saat penyelesaian pembangunan di tahun 2023 akan menjadi 360.000 barrel per hari.

Baca juga: Kepala BKPM Geregetan Izin Amdal Jadi Lahan Bancakan Oknum

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com