Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Satu Terburuk di Dunia, Ekonomi India Minus 23,9 Persen di Kuartal II-2020

Kompas.com - 01/09/2020, 08:37 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

NEW DELHI, KOMPAS.com - Perekonomian India mengalami kontraksi yang cukup dalam pada kuartal II-2020.

Dikutip dari CNN, Selasa (1/9/2020), India yang menerapkan lockdown untuk menekan angka persebaran virus corona (Covid-19), mengalami pertumbuhan ekonomi minus 23,9 persen (year on year) pada tiga bulan yang berakhir di bulan Juni.

Angka tersebut berdasrakan data statistik resmi yang baru saja di rilis Senin (31/8/2020) waktu setempat.

Baca juga: Ancaman Resesi, Luhut: Jangan Terus Ditakut-takuti...

Anjloknya kinerja perekonomian India lebih buruk dibandingkan dengan proyeksi ekonom. Selain itu, kinerja perekonomian India menjadi salah satu yang terburuk jika dibandingkan dengan negara lain di dunia.

Kinerja investasi merosot 47 persen pada kuartal II tahun ini jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, sementara konsumsi terkontraksi mendekati 27 persen.

Konsumsi pemerintah di sisi lain tumbuh 16 persen, namun tidak cukup untuk mendorong kinerja perekonomian yang merosot tajam di sektor lain.

Ekonom Capital Economics Shilan Shah mengatakan, kuartal kedua kali ini merupakan titik terendah perekonomian India. Dia menilai, meski ada tanda-tanda perbaikan dalam waktu-waktu ke depan dengan pelonggaran lockdown, prosesnya akan sangat lambat.

Hal tersebut terlihat dari aktivitas manufaktur yang justru kembali melemah di bulan Juli, dan hasil dari infrastruktur yang masih tertekan.

"Persebaran virus corona yang terus berlanjut akan kian menekan permintaan domestik," ujar Shah.

"Terlebih lagi, antisipasi fiskal yang di bawah ekspektasi dalam merespons krisis akan menghasikan pengangguran yang lebih besar, banyak perusahaan gagal, serta sektor perbankan yang melemah kian membebani investasi dan konsumsi," tambah dia.

Baca juga: Lakukan 4 Hal Ini agar Keuangan Anda Tak Terganggu Resesi

Negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia itu memang tengah mengalami tekanan lantaran permintah domestik yang melemah dan industri otomotif yang tengah mengalami kesulitan di tahun ini.

Hingga akhirnya perekonomian India mengalami pukulan lanjutan, yakni pandemi virus corona.

Baca juga: Resesi Jangan Cuma Dilihat dari Sisi Teknikal, tetapi....

India telah mencatatkan lebih dari 3,6 juta kasus virus corona berdasarkan data Johns Hopkins University, dan sebanyak 64.500 orang meninggal dunia akibat virus tersebut.

Jumlah itu juuga terus meningkat dengan tajam, setidaknya dalam satu bulan, India mencatatkan 1 juta kasus, kemudian menjadi 2 juta kasuus dalam tiga pekan, dan menjadi 3 juta kasus hanya dalam 16 hari berikutnya.

Covid-19 sendiri telah memberikan dampak signifikan terhadap hampir seluruh negara di dunia. Negara-negara anggota G7, yakni Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat secara resmi telah masuk dalam jurang resesi.

Baca juga: Resesi Kian Nyata, Sri Mulyani Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Minus 2 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com