Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potensi Konsumsi Warga Muslim Dunia Capai 3,2 Triliun Dollar AS di 2024

Kompas.com - 02/09/2020, 14:38 WIB
Reni Susanti,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Potensi konsumsi masyarakat muslim di dunia dari berbagai sektor diperkirakan mencapai 3,2 triliun dollar AS pada tahun 2024. Persoalannya, Indonesia belum mengoptimalkan peluang tersebut.

“Potensi konsumsinya besar, tapi siapa yang mengisi? Ini agak paradoks,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Suhaedi dalam webinarnya, belum lama ini.

Seperti fesyen muslim. Meski Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbesar di Indonesia, tapi pasokan barang  tersebut terbesar dari China.

Baca juga: Kampanye Beli Produk Lokal Fesyen Muslim, Kemenperin Gandeng Shopee

Begitupun dengan daging, berasal dari Brazil dan Australia. Bahkan saat krisis akibat pandemi Covid-19 melanda, dunia menyadari China menguasai supply chain. Begitu China mengalami masalah, dampaknya terasa ke seluruh dunia.

Padahal jika kembali ke masa lalu, Indonesia dan China tidak jauh beda. Pada 1979, PDB per kapita China sebesar 185 dollar AS, berada di bawah Indonesia yang mencapai 380 dollar AS.

“Tapi sekarang? Ini peluang besar bagi Indonesia, tidak hanya jadi pelaku tapi pemain utama. Kita harus berjuang bersama-sama, setidaknya dalam pengembangan ekosnomi syariah,” ucap dia.

Ada tiga yang ia tekankan. Pertama, pengembangan ekonomi syariah dengan penguatan kemitraan baik UMKM, pesantren dalam ekosistem halal value chance berbasis digitalisasi. Kedua mendorong literasi termasuk Ziswaf. Ketiga, riset dan edukasi.

Wakil Dekan Bidang Akademik SBM ITB, Aurik Gustomo menambahkan, kebutuhan produk halal baik itu makanan, kosmestik, farmasi, hingga jasa keuangan syariah, pariwisata, dan supply chain sangat besar ke depannya.

Survei Thompson Reuters mengungkapkan, pangsa pasar makanan halal di dunia sebesar 2.500 miliar dollar AS.

Sedangkan potensi pangsa pasar produk halal untuk makanan di Indonesia, menempati peringkat paling tinggi di dunia sebesar 190 miliar dollar AS.

“Di bawahnya ada Turki dan Pakistan. Untuk farmasi potensinya 4,9 miliar dollar AS. Potensinya tidak hanya untuk muslim tapi juga non muslim,” ungkap dia.

Potensi ini tidak hanya bersumber dari bahan baku, tapi juga proses memilih pemasok, distribusi, hingga produk yang dihasilkan ke konsumen dan ritelnya harus dijamin kehalalannya.

Dosen SBM ITB, Yuliani Dwi Lestari mengatakan, pengembangan halal supply chain penting untuk memberikan nilai tambah.

Dari hasil penelitian SBM ITB, halal supply chain ini pun akan meningkatkan ketertarikan konsumen untuk membeli produk.

Halal supply chain terdiri dari beberapa hal, misalnya halal logistik yang menjamin kehalalan gudang penyimpanan, transportasi, distribusi, hingga sampai ke customer.

Prinsip utamanya, mengeliminasi proses kontaminasi saat penyimpanan dan pengiriman serta kesalahan handling dan jaminan kehalalan dari hulu hingga hilir.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com