Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bulan Pandemi Covid-19, Bagaimana Dampaknya ke Pergerakan Saham di Indonesia?

Kompas.com - 02/09/2020, 15:56 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sudah 6 bulan Covid-19 mewabah ke Indonesia, yang menimbulkan dampak yang cukup besar di berbagai sektor termasuk pasar modal di Indonesia.

Semenjak pandemi, Index Harga Saham Gabungan (IHSG) belum mampu berada pada posisi semula, yakni pada kisaran level 5.942 pada Maret 2020.

Penururunan paling tajam terjadi di bulan April, dimana indeks berada pada level terendah sepanjang tahun yakni pada level 3.937.

Baca juga: Kekayaan Elon Musk Naik Rp 151,8 Triliun Usai Stock Split Saham Tesla

 

Walau demikian, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dan juga strategi yang diterapkan oleh pasar modal berhasil perlahan membawa indeks saham bangkit.

Pada Mei 2020, indeks mulai recovery dan menapaki level 4.605. Diikuti dengan pergerkan pada bulan Juni yang menyentuh level 4.940.

Pada Juli kenaikan indeks tidak terlalu signifikan, demikian juga dengan awal Agustus 2020. Namun pada akhir Agustus sampai dengan awal September 2020 index menunjukkan kenaikan yang cukup menggembirakan, bahkan menyentuh level 5.300.

Dengan mulai membaiknya indeks, beberapa analis dan pengamat meramalkan indeks bakal bergerak sampai dengan 6.000 di akhir tahun.

Chief Economist Tanamduit Fery Latuhihin mengatakan tren positif terus menunjukkan nilai indeks yang semakin baik dari sebelumnya.

 

Baca juga: 7 Istilah Pasar Saham Paling Dasar yang Perlu Diketahui (4)

Indeks bahkan tetap climbing walaupun mengalami fluktuasi pada akhir Maret lalu dari 3.900 kemudian, saat ini sudah 5.300.

“Saya masih pikir kalau indeks kita bisa naik ke 6.000 pada akhir tahun kalau tidak ada apa-apa,” jelas Ferry melalui video konferensi, Senin (31/8/2020).

Sementara itu, kondisi pasar yang sangat volatile membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan beberapa kebijakan untuk menahan laju pelemahan indeks semakin dalam.

Misalakan saja kebijakan, trading halt, auto rejection bawah, serta pencabutan daftar efek short selling.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga memberikan izin aksi korporasi semua emiten atau perusahaan publik untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa terlebih dahulu memperoleh persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).

Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, sejauh ini kebijakan yang dilakukan pemerintah sudah cukup baik. Hal ini berhasil mendorong indeks perlahan mulai bangkit.

“Kebijakan di industri keuangan sudah baik dan mampu mendorong ihsg naik kembali,” kata dia kepada Kompas.com.

Baca juga: Masa Pandemi, Investor Domestik Rajin Borong Saham

Sementara itu, Analis PT Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, untuk lebih menggenjot kenaikan indeks, tentunya percepatan dalam produksi vaksin Covid-19 adalah jawabannya. Dia bilang, kondisi pertambahan jumlah kasus Covid-19 sempat menjadi sentimen utama pasar.

Namun saat ini, sentimen tersebut berangsur – angsur pudar yang tercermin dari harga saham yang menguat kembali sejak pertengahan April. Kondisi ini juga hampir merata pada sektor property dan perhotelan.

“Sebenarnya tinggal percepatan produksi vaksin saja. Karena yang masih menimbulkan keraguan di dalam negeri adalah jumlah kasus Covid-19 baru di Indonesia masih terus bertambah,” jelas dia.

Ia menambahkan dengan kebijakan BEI, tentunya cukup menolong pergerakan index terutama dengan masih berlakunya batasan auto rejection bawah 7 persen sehingga pasar tidak terlalu volatile.

“Perkiraan saya, kalau saja Indonesia bisa bereskan kasus Covid-19 (minimal jumlah kasus baru berhasil ditekan) mungkin IHSG sudah kembali ke level awal sebelum pandemi, karena kondisi tersebut akan meningkatkan optimisme pelaku pasar,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com