Selama 20 tahun bekerja sebagai distributor sandal, Ivan sudah sangat paham dengan kondisi pasar. Menurut dia, penurunan penjualan sandal saat ini lebih dari 50 persen dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Biasanya, 3-4 bulan sebelum Lebaran Idul Fitri, permintaan sandal mulai naik. Namun tahun ini, penjulan sandal justru anjlok sehingga menyebabkan kerugian pedagang sandal terutama pedagang konvensional.
Ivan menyebutkan, kondisi yang memukul banyak pedagang eceran ini berbanding terbalik dengan pedagang online. Minimnya biaya operasional pedagang online menjadi penyebab harga yang ditawarkan jauh lebih murah daripada harga di pedagang eceran.
“Pesaingnya adalah online, karena kan online tidak ada pengeluaran oprasional seperti biaya sewa dan gaji karyawan. Kalau online kan cuma modal HP dan internet. Sebenarnya sih yang rugi itu pengecer, kalau grosir sih enggak. Yang kerja saja, sehari kerja sehari tidak,” jelas dia.
Baca juga: 6 Pegawainya Positif Covid-19, Kemenko Marves WFH hingga 21 September 2020
Ivan menjelaskan pada kondisi normal, penjualan sandal bisa dikirim ke Sumatera, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun saat ini, pengiriman mengalami gangguan bahkan beberapa pengiriman ke daerah terhenti.
“Kalau sekarang belum ada pengiriman. Kemarin itu ada pengiriman paling jauh ke Yogyakarta. Dari abis lebaran belum ada yang minta barang. Beda dengan Lampung, yang biasanya jemput aja, karena kan dekat,” jelas dia.
Di sisi lain, kenaikan harga terjadi pada bahan baku. Walaupun tidak tinggi kenaikannya, namun harga jual ke konsumen tidak bisa dinaikkan. Penjual hanya bisa menekan keuntungan yang sudah tergerus dampak pandemi.
Baca juga: Indef: Pemerintah Harus Segera Atasi Impor Baja Ilegal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.