Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Perajin dan Distributor Sandal Kian "Sesak" Terhimpit Pandemi

Kompas.com - 06/09/2020, 09:26 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

BOGOR, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 telah memukul banyak pelaku usaha di berbagai sektor. Pukulan keras pandemi membuat bisnis kian sesak, bahkan sampai gulung tikar.

Hal itu pula yang dirasakan Sandi (42 tahun), salah satu perajin sandal di kawasan Jalan Pintu Ledeng Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. 

Saat dikunjungi Kompas.com beberapa waktu lalu, Sandi menceritakan hantaman keras pandemi Covid-19. Ia mengungkapkan pemesanan sandal turun drastis sampai 80 persen.

Biasanya pemesanan sandal per minggu mencapai 50 kodi. Namun saat ini, pemesanan hanya sekitar 10 kodi per minggu.

 Baca juga: Mengenal Tunjangan Beras Bagi PNS

Minimnya pembelian sandal berimbas kepada karyawan.

"Karyawan dulu itu ada 6 orang, kalau sekarang cuma 3 orang karena kerjaan lagi susah,” ujarnya kepada Kompas.com.

Sandi juga mengeluhkan bahan baku yang mengalami kenaikan sehingga mempengaruhi keuntungan produksi sandal.

Kini, ia hanya bisa berharap pandemi cepat berlalu sehingga bisa kembali mempekerjakan pegawai di sekitar kampungnya.

Pukulan keras pandemi juga dirasakan oleh Ivan Sutisna (41 tahun), distributor sandal di Pasar Anyar Bogor. Ia mengatakan permintaan sandal makin lesu.

“Sebelum Corona dulu itu purchase order (PO) 15 sampai 20 kodi. Sekarang, Cuma 5 sampai 10 kodi, bisa 10 kodi aja Alhamdulillah. Parahnya, penjual PO semingu dan seminggu kedepannya off karena produk belum habis,” ujarnya pekan lalu.

 Baca juga: Minat Daftar Jadi Perangkat Desa? Ini Besaran Gajinya

Selama 20 tahun bekerja sebagai distributor sandal, Ivan sudah sangat paham dengan kondisi pasar. Menurut dia, penurunan penjualan sandal saat ini lebih dari 50 persen dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Biasanya, 3-4 bulan sebelum Lebaran Idul Fitri, permintaan sandal mulai naik. Namun tahun ini, penjulan sandal justru anjlok sehingga menyebabkan kerugian pedagang sandal terutama pedagang konvensional.

Ivan menyebutkan, kondisi yang memukul banyak pedagang eceran ini berbanding terbalik dengan pedagang online. Minimnya biaya operasional pedagang online menjadi penyebab harga yang ditawarkan jauh lebih murah daripada harga di pedagang eceran.

“Pesaingnya adalah online, karena kan online tidak ada pengeluaran oprasional seperti biaya sewa dan gaji karyawan. Kalau online kan cuma modal HP dan internet. Sebenarnya sih yang rugi itu pengecer, kalau grosir sih enggak. Yang kerja saja, sehari kerja sehari tidak,” jelas dia.

 Baca juga: 6 Pegawainya Positif Covid-19, Kemenko Marves WFH hingga 21 September 2020

Ivan menjelaskan pada kondisi normal, penjualan sandal bisa dikirim ke Sumatera, Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun saat ini, pengiriman mengalami gangguan bahkan beberapa pengiriman ke daerah terhenti.

“Kalau sekarang belum ada pengiriman. Kemarin itu ada pengiriman paling jauh ke Yogyakarta. Dari abis lebaran belum ada yang minta barang. Beda dengan Lampung, yang biasanya jemput aja, karena kan dekat,” jelas dia.

Di sisi lain, kenaikan harga terjadi pada bahan baku. Walaupun tidak tinggi kenaikannya, namun harga jual ke konsumen tidak bisa dinaikkan. Penjual hanya bisa menekan keuntungan yang sudah tergerus dampak pandemi.

Baca juga: Indef: Pemerintah Harus Segera Atasi Impor Baja Ilegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com