JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee menjabarkan beberapa poin yang akan mempengaruhi pergerakan saham di pasar modal pada pekan kedua September 2020.
Salah satunya terkait kabar amandemen undang-undang tentang Bank Indonesia (BI) menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan. Pasalnya, BI terancam tidak independen karena akan di bawah Dewan Moneter yang dipimpin Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Muncul anggapan Menkeu akan mempengaruhi kebijakan moneter yang selama ini digawangi BI. Selain itu, ada juga sentimen dari mekanisme Burden sharing antara Bank Indonesia dan Pemerintah akan diperpanjang hingga tahun 2022.
"Bank Indonesia yang selama ini lebih fokus pada stabilitas ekonomi dengan menjaga inflasi mendapatkan tugas tambahan untuk mendukung penciptaan lapangan kerja. Belum lagi rumor pengawasan sektor keuangan tidak akan terintegrasi lagi menambah ketidakpastian pasar," katanya melalui keterangan tertulis, Minggu (6/9/2020).
Baca juga: Subsidi Gaji, BPJS Ketenagakerjaan Kirim Link Registrasi via SMS
"Memang belum dapat dipastikan kabar ini tetapi menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan membuat pelaku pasar menjadi berhati-hati," lanjut Hans Kwee.
Selain itu, menurut Hans Kwee, pasar saham masih dibayang-bayangi seputaran kasus wabah virus corona (Covid-19) serta penemuan alat tes untuk mendiagnosis virus tersebut.
"Sampai saat ini belum ada metode yang benar-benar akurat mendeteksi Covid-19 secara akurat. Ini akan mempengaruhi orang di karantina dan pelacakan kontak. Sampai saat ini penelitian belum mengetahui berapa lama penularan dapat terjadi setelah seorang pasien sembuh. Ini membuat ketidakpastian akibat Covid-19 masih terus terjadi," jelasnya.
Di sisi lain, kenaikan angka kasus dan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia masih mempengaruhi tekanan terhadap perekonomian.
Terlihat terjadi perlambatan ekonomi di Agustus 2020, ditandai dengan deflasi sebesar 0,05 persen. Angka inflasi secara year to date menjadi 0.93 persen dan inflasi tahunan atau year on year (yoy) menjadi 1,32 persen.
Baca juga: Menhub Sebut Kendaraan Otonom Wajah Baru Transportasi RI, Apa Itu?
Namun ada secercah sentimen positif dari pergerakan saham yaitu meningkatnya jumlah kesembuhan dari Covid-19.
"Pandemi Covid 19 telah memukul daya beli masyarakat sehingga demand atau permintaan barang dan jasa turun. Hal ini berdampak pada peluang konsumsi masyarakat turun sehingga berpeluang membuat pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan kembali negatif," ujarnya.
"Belanja fiskal menjadi satu-satunya harapan pemulihan ekonomi saat ini," sambungnya.
Akibat adanya sentimen negatif dari kasus Covid-19 yang belum dapat dipastikan kapan berakhir, prospek ekonomi yang masih suram serta rencana revisi UU Bank Indonesia, maka IHSG pekan kedua September diproyeksikan bergerak dikisaran 5.188-5.059 di level support, dan resistance di level 5.337-5.381.
Baca juga: Luhut: Soal Pengembangan Mobil Listrik, Saya Paling Ngotot
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.