Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IHSG Dibuka Negatif, Rupiah Bangkit

Kompas.com - 07/09/2020, 09:29 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka negatif di awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Senin (7/9/2020). Berbeda dengan rupiah yang pagi ini dibuka menguat pada transaksi di pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 09.09 WIB, IHSG berada pada level 5.216,3 atau turun 23,54 poin (0,45 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 5.235,01.

Sebanyak 118 saham melaju di zona hijau dan 145 saham di zona merah. Sedangkan 142 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 599,9 miliar dengan volume 1,07 miliar saham.

Baca juga: Rupiah Ditutup Menguat di Akhir Pekan, Ini Penyebabnya

Sementara bursa saham Asia pagi ini dibuka variatif.  Indeks Hang Seng Hong Kong naik 0,2 persen, dan indeks Strait Times menguat 0,12 persen. Sementara itu, indeks Shanghai Komposit turun 0,3 persen, demikian juga dengan indeks Nikkei yang melemah 0,22 persen.

Sebelumnya, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, hari ini indeks berpeluang melemah terdorong oleh sentimen eksternal, yakni pelemahan indeks acuan saham teknologi atau Nasdaq akibat aksi jual oleh pelaku pasar.

Sentimen negatif juga muncul dari internal terkait amandemen Undang-undang tentang Bank Indonesia. Bank Indonesia terancam tidak independen karena akan di bawah Dewan Moneter yang dikepala Menteri Keuangan.

“IHSG berpeluang konsolidasi melemah, aksi jual di saham teknologi akibat kekhawatiran valuasi yang terlalu tinggi membuat pasar saham tertekan turun. Selain itu, kabar amandemen Undang-undang BI menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan dan membuat pelaku pasar menjadi berhati-hati,” kata Hans.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot pagi ini dibuka menguat.

Melansir Bloomberg, pukul 09.11 WIB rupiah dibuka menguat pada level Rp 14.715 per dollar AS, atau naik 35 poin (0,24 persen) dibanding penutupan sebelumnya Rp 14.750 per dollar AS.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan, rupiah mendapat sokongan dari rilis tenaga kerja AS yang hasilnya cukup bagus sehingga ini bisa mendorong penguatan dollar AS terhadap nilai tukar lainnya.

“Rupiah berpotensi tertekan terhadap dollar AS di hari Senin, karena sentimen tersebut,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Meskipun menguat, rupiah juga berpeluang mengalami tekanan karena sentimen memanasnya kembali hubungan AS dan China setelah AS berencana mem-blacklist perdagangan dengan perusahaan semi konduktor terbesar Tiongkok, SMIC.

“Isu ini bisa memberikan tekanan ke aset berisiko termasuk rupiah,” sebut dia.

Baca juga: Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 7 Ditutup Siang Ini, Begini Cara Daftarnya

Sementara itu, beberapa data ekonomi global dari China dan Jerman akan menjadi perhatian pasar karena pasar masih mencari petunjuk soal indikasi pemulihan ekonomi global di tengah kondisi pandemi, yaitu data Neraca Perdagangan China bulan Agustus dan data produksi industri Jerman bulan Juli.

“Bila kedua angka ini lebih bagus dari proyeksi, penurunan aset berisiko mungkin bisa tertahan,” ungkap Ariston.

Ariston memproyeksikan rupiah hari ini akan bergerak pada level Rp 14.650 per dollar AS sampai dengan Rp 14.850 per dollar AS.

Baca juga: IHSG Masih Diselimuti Sentimen Negatif, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com