Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pebisnis yang Berhasil Menyulap Sampah menjadi Ladang Cuan

Kompas.com - 13/09/2020, 13:06 WIB
Elsa Catriana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bagi banyak orang, sampah kerap dipandang tak bernilai lantaran kotor dan tidak memiliki daya guna.

Namun, pandangan ini tak berlaku bagi pria yang tinggal di Salatiga yang tak sengaja mencoba membuang rasa kejenuhannya bila bosan, dengan cara mengolah sampah menjadi sumber uang.

Kepada Kompas.com, Hartanto menceritakan asal-muasal dia mencoba bisnis usaha yang diberi nama artTrash Recycle. Bisnisnya ini dimulai ketika ia sedang menjaga toko yang menjajakan oleh-oleh khas Salatiga.

Baca juga: BLT UMKM Rp 2,4 Juta, Apakah yang Lokasi Usahanya Beda dengan Alamat KTP Bisa Mendapatkannya?

Di sela-sela menunggu pembelinya, ia mencoba membuat miniatur berbahan baku dari sampah. Setelah berhasil merakit beberapa miniatur, dia pun memajang hasil karyanya di toko tempat dia berjualan.

"Saya pajang semua karya yang saya punya dan olah ketika ada waktu luang. Dari pada bingung mau ngapain, saya cari kegiatan dan ketemulah ide ini dan ternyata ketika ada yang membeli oleh-oleh, mereka juga tertarik untuk memborong miniatur saya semuanya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (12/9/2020).

Dari situ, Gendoel panggilan akrabnya, memulai menekuni usaha rintisan artTrashnya sambil menjaga bisnis oleh-olehnya. Bagi dia, bisnis artTrash ini seperti hobi yang dijual mahal

Sudah 10 tahun lamanya Gendoel menjalankan usaha seni daur ulang sampah. Miniatur yang dibuat pun beraneka ragam, mulai dari miniatur custom motor, miniatur rumah hingga miniatur gerobak.

Harga yang dibanderol pun masih bersahabat untuk kantong. Untuk jenis miniatur gerobak, dibanderol mulai dari harga Rp 200.000 hingga Rp 300.000 dan untuk jenis miniatur custom motor dibanderol dengan harga mulai dari Rp 500.000.

Baca juga: UMKM Bisa Melantai di Bursa, Ini Manfaatnya

"Tergantung tingkat kesusahannya sih sebenarnya. Semakin susah merakitnya bisa semakin mahal lagi," ucapnya.

Dalam sebulan, Gendoel bisa mendapat pesanan hingga 20 miniatur. Sementara untuk omzet, dia bisa mendapat keuntungan kurang lebih Rp 7 juta selama sebulan.

Hingga saat ini Gendoel hanya dibantu oleh 2 karyawannya. Makanya, tak jarang dia merasa kesusahan ketika para pelanggannya ramai memesan.

"Ada yang mengecat, ada yang mengatur pritilan lain, banyak lah. Jadi ketika banyak yang memesan suka kesusahan tapi namanya rezeki yah dan puji Tuhan pelanggan pada ngerti kalau proses pembuatannya lama," ujar Gendoel.

Bahan-bahan yang digunakan Gendoel pun hampir 80 persen berasal dari sampah, seperti kayu bekas, aluminum yang didapatkan dari kaleng minuman bekas, kabel bekas dan banyak lainnya. Hanya cat dan lem saja yang harus terpaksa dibelinya.

Untuk miniatur custom motor, kata dia, hanya menggunakan bahan baku aluminum dan kabel bekas saja. Sementara untuk miniatur gerobak, dibuat melalui bahan baku kayu bekas dan beberapa aluminum dari kaleng minuman.

Baca juga: Daur Ulang Sampah Bisa Serap 3,3 Juta Pekerja Informal

"Setelah dirakit baru dicat. Butuh waktu 5 harian prosesnya," katanya.

Gendoel sudah berhasil menjual produknya hingga ke beberapa kota besar seperti Bali, Jogja, Cilegon hingga Bengkulu.

Di tengah pandemi ini Gendoel mengatakan usaha olahan sampahnya tidak sama sekali terimbas. Sementara, bisnis oleh-olehnya merosot, lantaran sepinya pembeli.

"Usaha oleh-oleh saya omzetnya turun 50 persen, untungnya bisa tertolong dengan adanya usaha artTrash ini. Dengan adanya pandemi bisa jadi solusi lain usaha sampah ini," ungkapnya.

Hingga saat ini pun Gendoel sedang fokus menjalankan usahanya dengan mencoba memperkenalkan produk miniaturnya melalui media sosial, seperti Instagram hingga Facebook.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com