Berdasarkan identifikasi tersebut tim dari pusat studi menawarkan dua solusi utama. Solusi yang dapat ditawarkan adalah menekankan pada aspek manajerial dan teknologi pemasaran.
Hal-hal serupa juga dihadapi oleh UMKM lain, walau ada pula yang mulai terbelit kredit dan tidak bisa mengangsur pinjaman karena penjualan merosot drastis.
Peningkatan aspek manajerial mitra dilakukan melalui pendampingan di bidang manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia dan manajemen produksi/operasi.
Pelaku UMKM memerlukan mitra untuk membantu menyusun strategi pemasaran digital, mengelola keuangan di masa krisis seperti saat ini, membina sumber daya manusia dalam hal keterampilan teknologi informasi untuk mendukung bisnis di platform digital, serta membantu menciptakan produk ready-to-wear yang lebih sesuai dengan selera konsumen di era Revolusi Industri 4.0.
Pada aspek teknologi pemasaran diperlukan penguatan pemasaran dengan sistem informasi bagi pelaku UMKM.
Mereka memerlukan bantuan mengembangkan website yang dapat digunakan untuk menyediakan informasi bagi calon konsumen serta melakukan transaksi jual beli secara daring.
Perlu juga pendampingan dalam pengelolaan website agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan mendorong terciptanya less contact economy.
Penggunaan media sosial yang selama ini telah dijalankan, tetap dipertahankan namun diperkuat dengan pemanfaatan website yang link-nya terhubung dengan media tersebut.
Baca juga: 60 Persen Pelaku UMKM Disebut Belum Melek Digital
Tentu tidak mudah mengelola website bagi UMKM yang memiliki keterbatasan pendanaan.
Di sinilah peran akademisi diperlukan untuk membantu membangun website melalui kegiatan penelitian maupun pengabdian kepada masyarakat yang menargetkan luaran berupa teknologi tepat guna bagi mitra.
Memang, adaptasi UMKM diarahkan pada penerapan bisnis daring. Pilihan terbaik pada situasi terkini, walau itu tidak mudah.
Pada usaha korporasi besar pun, pemasukan daring belum dapat menggantikan pemasukan luring yaitu toko fisik.
Masyarakat kita sendiri belum sepenuhnya bisa mengadopsi kebiasaan baru ini.
Beradaptasi secara bertahap adalah langkah paling realistis bagi UMKM sebelum sepenuhnya bertransformasi menjadi UMKM digital. Paling tidak bertahan pada situasi kini hingga kemudian bangkit setelah melewati krisis yang dahsyat ini.
Transformasi digital rasanya bukan lagi menjadi pilihan, tetapi sebuah keharusan yang perlu disiapkan dalam waktu tidak terlalu lama.
Untuk bisa mulus beradaptasi, UMKM tentu tidak bisa berjalan sendiri. Perlu ada sinergi A-B-C-G-M (akademisi, badan usaha, komunitas, pemerintah, dan media) untuk bisa membuat UMKM kembali bangkit dan bertransformasi menjadi usaha yang lebih tangguh di masa depan.
Frangky Selamat
Hetty Karunia Tunjungsari
Dosen tetap Program Studi Sarjana Manajemen FEB Universitas Tarumanagara
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.