Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2020 Diproyeksi Minus 2 Persen, Ini Sebabnya

Kompas.com - 17/09/2020, 13:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 diproyeksi melanjutkan kinerja negatif.

Ekonomi diperkirakan tumbuh minus 2 persen.

"Memang kuartal III kemungkinan tumbuh negatif, dari data-data yang ada kemungkinannya kontraksi, minus 2 persen," ungkapnya dalam webinar tentang 'Dukungan Pemerintah dan Peranan UMKM Terhadap Pemulihan Ekonomi Nasional', Kamis (17/9/2020).

Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Di Bawah -2,1 Persen akibat PSBB DKI

Ia menjelaskan, proyeksi tersebut berdasarkan perkembangan indikator-indikator yang mencerminkan perekonomian Indonesia. Seperti pertumbuhan penerimaan pajak dan uang beredar yang negatif.

"Ini berdasarkan data estimasi terakhir kami dari penerimaan pajak dan pertumbuhan uang beradar yang mengalami penurunan," kata dia.

Kendati bakal berkinerja negatif, Iskandar menyatakan, perekonomian kuartal III-2020 tentu lebih baik dari kuartal II-2020 yang terkontraksi cukup dalam yakni minus 5,32 persen imbas dari pandemi Covid-19.

Perbaikan ini tercermin dari beberapa indikator di Agustus 2020, seperti PMI manufaktur, indeks keyakinan konsumen, penjualan ritel, hingga inflasi inti yang mengalami kenaikan.

"Jadi jika dilihat ini sudah alami perlambatan kontraksinya," imbuh dia.

Baca juga: Postur RAPBN 2021 Disepakati, Pertumbuhan Ekonomi Ditetapkan 5 Persen

Namun demikian, Iskandar menekankan, ekonomi yang belum cukup pulih ini tetap perlu diwasapadai. Setiap otoritas perlu memperhatikan sektor-sektor ekonomi yang cukup terpukul akibat pandemi, sehingga bisa segera ditangani untuk bisa bertahan di tengah krisis.

"Ini tetap perlu diwaspadai, misalkan ekonomi memang belum pulih yah perhatikan sektor-sektornya, seperti transportasi, akomodasi dan mamin itu sangat turun pertumbuhannya, kalau perdagangan itu nanti memang bisa cepat banget pulihnya," ujarnya.

Di sisi lain, hal yang juga perlu diperhatikan adalah kinerja neraca dagang. Walaupun suprlus pada Agustus 2020 sebesar 2,3 miliar dollar AS, namun itu terdorong anjloknya impor sebesar 24,19 persen menjadi 10,74 miliar dollar AS.

Iskandar bilang, impor yang rendah terjadi juga pada barang modal yang merupakan salah satu indikator mencerminkan pertumbuhan investasi langsung di Indonesia.

Artinya, jika impor barang modal rendah maka investasi pun rendah, yang dapat memiliki dampak berlapis bagi ekonomi dalam negeri.

"Salah satu perhatian kita impor barang modal masih rendah, ini kan komponen investasi. Kalau enggak ada pabrik baru, ini tercermin dari impora barang modalnya, berarti kedepan pun produksi lebih kecil, dan ini bisa berdampak ke multiplier effect," pungkas Iskandar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com