Namun, semua itu perlu lebih dikembangkan dan diberdayakan sehingga menjadi ekosistem ekonomi syariah yang kuat.
Dengan demikian, sektor lembaga keuangan syariah, yang mencakup bank syariah, industri keuangan non-bank (IKNB) syariah, dan pasar modal syariah, bisa optimal berkontribusi mendorong keuangan syariah Indonesia.
"Jadi kita selama ini hanya bolak-balik di lembaganya, kita utak-atik. Bolak balik SDM-nya (sumber daya manusia) di bank syariah, di non bank syariah, di pasar modal, dan di pasar modal syariah. Bolak balik produknya yang kita putar. Tapi ekosisitemnya enggak pernah kita sentuh," papar Wimboh.
Baca juga: Ma’ruf Amin: Tingkat Literasi Kuangan Syariah Nasional Baru 8,93 Persen
Oleh sebab itu, ia menekankan, sudah waktunya Indonesia memberdayakan potensi yang ada menjadi kesatuan ekosistem yang kuat untuk mendukung sektor keuangan syariah.
Lantaran, permasalahan Indonesia adalah permintaan di sektor keuangan syariah masih rendah, sehingga selalu kalah oleh konvensional.
Maka, penciptaan ekosistem akan sejalan dengan terciptanya permintaaan, yang pada akhirnya dapat mendorong peran keuangan syariah.
"Sekarang ini kapasitas industri keuangan syariah tidak ada masalah, jumlahnya sudah banyak, produknya banyak, SDM-nya banyak, teknologinya tersedia, tapi demand-nya (pemrintaan) ada apa enggak? Itu yang jadi pertanyaannya saat ini," tutup Wimboh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.