Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenaikan Cukai Rokok dan Pandemi Covid-19 Bikin Penjualan HM Sampoerna Turun

Kompas.com - 18/09/2020, 14:27 WIB
Kiki Safitri,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) memaparkan kinerja penjualan rokok mengalami pukulan, setelah penetapan kenaikan tariff cukai rokok pada awal tahun 2020. Kondisi ini diperparah dengan eksistensi pandemi Covid-19 yang hingga kini belum teratasi.

Presiden Direktur HM Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan, kenaikan tarif cukai rata-rata 24 persen dan harga jual eceran sebesar 46 pesen yang berlaku pada 2020, serta pandemi Covid-19 menjadi dua faktor utama yang memberikan dampak signifikan pada kinerja perusahaan.

“Sampoerna menyadari pandemi ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia. Untuk industri rokok, ini yang telah menyebabkan penurunan volume penjualan hingga dua digit,” kata Mindaugas saat paparan publik secara virtual Jumat, (18/9/2020).

Baca juga: Sebulan, Sampoerna Donasi 7 Mesin PCR

Selama semester I-2020, volume industri mengalami penurunan sebesar 15 persen, tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan, dimana penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak Golongan 1.

“Daya beli konsumen yang lebih rendah memiliki tren penurunan yang yang kian cepat, yaitu penurunan konsumsi dari produk dengan pajak dan harga yang lebih tinggi (tingkat pajak Golongan 1) menjadi produk dengan pajak lebih rendah dan akibatnya dijual dengan harga yang lebih rendah (tingkat Pajak Golongan 2 dan Golongan 3),” kata dia.

Dia bilang, Sampoerna menghadapi tantangan selama masa puncak pandemi khususnya pada kuartal II-2020. Berbagai tantangan selama periode April-Juni 2020 menyebabkan koreksi terhadap kinerja perseroan.

“Di tengah tantangan tersebut, Sampoerna menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah. Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi,” ujar dia.

Mindaugas menjelaskan sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan 29,3 persen atau turun 3,1 persen.

Sementara itu, volume pengiriman 38,5 miliar batang atau turun 18,2 persen. Sementara tahun 2019, pangsa pasar SKT Sampoerna dengan merek-merek besar seperti Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek adalah 36,3 persen.

Sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) melalui Produk utamanya Marlboro, yang didistribusikan oleh Sampoerna sebesar 57,2 persen. Sementara Rokok Kretek Mesin (SKM) 29,6 persen.

Sepanjang tahun 2015 hingga 2019, volume penjualan SKT Sampoerna terus terkoreksi dan berdasarkan perhitungan tingkat pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) 5 tahun, volume penjualan SKT Perseroan rata-rata berkontraksi 5,4 persen per tahun dari 23,1 miliar batang pada tahun 2015 menjadi 18,4 miliar batang rokok pada tahun 2019.

“Kunci utama untuk melindungi segmen SKT yang padat karya adalah dengan membuat kebijakan cukai yang mendukung daya saingnya dibandingkan rokok mesin, baik SKM maupun SPM, yang jauh lebih sedikit menyerap tenaga kerja,” ujar dia.

Perseroan berharap ada keberpihakan bagi segmen SKT dengan tidak menaikkan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) untuk 2021. Hal ini dinilai menjadi teramat penting selama berlangsungnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia akibat pandemi Covid-19.

Selain sebagai segmen padat karya, keberadaan pabrik SKT juga memiliki multiplier effect yang signifikan di bidang sosial dan ekonomi di wilayah lokasi pabrik.

Sementara untuk segmen rokok mesin, perseroan mengusulkan kenaikan pajak yang sesuai dengan inflasi dan kebijakan tarif menurut kategori yang ditetapkan untuk tarif downtrading dari segmen Golongan 1 Pajak Tinggi menjadi segmen Golongan 2 dan Golongan 3.

“Kami meyakini bahwa pemerintah dapat mengoptimalkan Penerimaan Perpajakannya dari produk-produk tembakau,” tegas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com