Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Jika Pemerintah Pilih Prioritaskan Ekonomi, maka Akan Kehilangan Ekonomi

Kompas.com - 18/09/2020, 18:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 telah memukul sektor kesehatan dan ekonomi di Indonesia. Penanganan yang tepat pun perlu dilakukan untuk bisa menekan kerugian imbas dari penyebaran virus corona ini.

Ekonom Universitas Indonesia (UI) dan Direktur Riset INDEF Berly Martawardaya mengatakan, antara kesehatan dan ekonomi sebenarnya tak bisa dipilih salah satu, keduanya harus ditangani secara beriringan.

Ia bilang, dengan kondisi kesehatan yang membaik maka akan diikuti dengan pemulihan kondisi ekonomi.

"Kondisi ini penyebabnya kan kesehatan, jadi supply-demand masyarakat terganggu, aktivitas bisnis berkurang. Kalau ini sudah lewat (Covid-19) maka ekonomi pun akan kembali (membaik)," kata dia dalam webinar bertajuk "Gas-Rem PSBB, Bagaimana yang Efektif?", Jumat (18/9/2020).

Baca juga: Mendag: PSBB Jilid II Kikis Daya Beli Masyarakat

Oleh sebab itu, ia menekankan, jika banyak pihak menyatakan pemulihan ekonomi harus didahulukan maka itu bukanlah hal yang tepat. Penanganan kesehatan perlu juga menjadi fokus, meski imbasnya sebuah negara bisa mengalami resesi ekonomi.

Namun demikian, Berly mengatakan, resesi menjadi kondisi yang umum terjadi saat ini di seluruh dunia. Pelemahan ekonomi ini diyakini bisa diperbaiki dengan berbagai instrumen kebijakan fiskal dan moneter, seiring dengan kondisi kesehatan yang membaik.

"Jadi kalau dalam policy goal-nya adalah bertahan sampai vaksin datang, atau lebih bagus lagi survive economically sampai pandemi bisa ditekan," kata dia.

Kondisi ini menurutnya telah terbukti terjadi di Vietnam dan China. Kedua negara tersebut dinilai berhasil menekan penyebaran virus corona sehingga perekonomiannya mampu tumbuh positif.

Di saat negara-negara lain pertumbuhan ekonominya minus di kuartal II-2020, Vietnam mampu tumbuh positif 0,4 persen. Sementara China, negara di mana pandemi ini berawal, ekonominya mulai pulih dengan tumbuh 3,2 persen, setelah pada kuartal I-2020 negatif 6,8 persen.

"Justru negara yang berhasil menekan pandemi, itu sudah positif pertumbuhan ekonominya, Jadi yang memilih mendahulukan ekonomi, maka akan kehilangan ekonomi dan nyawa penduduknya," jelas Berly.

Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Di Bawah -2,1 Persen akibat PSBB DKI

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi langkah pemerintah menekan penularan, yang saat ini kembali dilakukan secara ketatk di DKI Jakarta. Berly mengakui, tak semua orang mampu untuk bertahan di rumah karena ketidakcukupan finansial.

Oleh sebab itu, peran pemerintah sangat diperlukan untuk menjamin kebutuhan masyarakat yang rentan ekonomi agar bisa tetap bertahan di rumah. Pemberian bantuan sosial (bansos) hingga bantuan langsung tunai (BLT) menjadi langkah yang tepat.

Hanya saja, kata dia, sebagian besar data masyarakat miskin dan rentan masih belum diperbaharui sehingga berpotensi tidak tepat sasaran. Ia bilang, sekitar 100 kabupaten/kota datanya masih tahun 2015, sebagian lagi ada yang masih tahun 2018 atau 2019.

"Jadi karena masalahnya itu di database, perbaikilah database itu, sehingga bisa membantu mendorong supaya survive secara ekonomi dari segi rumah tangga. Karena ekonomi rumah tangga itu besar kontribusnya (pada ekonomi nasional)," papar Berly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com