Resesi ekonomi Indonesia sudah di depan mata. Jika tidak ada kejutan, seharusnya pada saat pengumuman angka Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III-2020 sekitar akhir Oktober / awal November nanti, secara resmi Indonesia akan dinyatakan resesi.
Lantas, bagaimana strategi investasi untuk mengantisipasi resesi tersebut?
Resesi merupakan status yang diberikan kepada suatu Negara yang PDB-nya negatif dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal II 2020, tingkat pertumbuhan PDB Indonesia yang disebabkan PSBB pertama akibat Pandemi COVID-19 adalah -5,32 persen. Jika Kuartal III-2020 kembali negatif, maka Indonesia akan menyandang status resesi.
Dalam pemaparan Menteri Keuangan, ibu Sri Mulyani beberapa waktu yang lalu, pertumbunan PDB Kuartal III-2020 diperkirakan antara 0 sampai -2,1 persen dengan kecenderungan mengarah ke -2.1 persen karenanya adanya PSBB lebih ketat di Jakarta.
Baca juga: Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III Di Bawah -2,1 Persen akibat PSBB DKI
Apakah status resesi ini berdampak terhadap kinerja investasi reksa dana?
Status resesi bukan hal yang baru dan juga bukan hanya terjadi di Indonesia. Untuk itu, ketika suatu Negara mengalami resesi bukanlah suatu hal yang mengejutkan lagi.
Yang menjadi perhatian dari investor bukanlah resesi atau tidak, tapi seberapa dalam persentase penurunan ekonominya dan apakah sesuai ekspektasi atau tidak.
Jika angkanya sesuai ekspektasi, maka hal tersebut bukan menjadi kejutan sehingga tidak terlalu berdampak juga terhadap volatilitas pasar. Namun jika ternyata turunnya lebih dalam dari -2,1 persen, maka bisa menjadi kejutan negatif. Sebaliknya jika ternyata naik, maka hal ini akan menjadi kejutan positif.
Baik itu kejutan negatif ataupun positif, efek dari pengumuman PDB ini paling hanya bertahan beberapa hari saja. Sebab data PDB itu keluarnya setiap 3 bulan, sementara harga saham, obligasi dan reksa dana berubah setiap hari. Untuk itu, dampak pengumuman ini terhadap kinerja reksa dana juga tidak lama.
Data-data ekonomi lain seperti laporan keuangan, pergerakan suku bunga, data inflasi, data neraca perdagangan dan transaksi berjalan, nilai tukar, perkembangan bursa saham Negara lain, aliran dana asing, dan sebagainya yang akan menjadi faktor penggerak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.