Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdayakan Petani Kakao di Jembrana, LPEI Sabet Global CSR Award

Kompas.com - 22/09/2020, 16:55 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pada akhir 2019, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank meluncurkan Desa Devisa di Kabupaten Jembrana, Bali. Program ini merupakan pengembangan kegiatan komunitas petani penghasil kakao.

Dalam pelaksanaannya, program Desa Devisa melibatkan 600 petani kakao. Separuh di antaranya merupakan petani perempuan.

Program tersebut dinilai berhasil di mata internasional sehingga meraih penghargaan Global CSR Award kategori ''Empowerment of Women'' pada 15 September 2020.

Selain itu, di tengah pandemi Covid-19, LPEI dinilai berkomitmen menjalankan prinsip keberlanjutan usaha serta menerapkan tanggung jawab sosial.

Baca juga: Dukung Pemulihan Ekonomi, LPEI Beri Stimulus Modal UKM Orientasi Ekspor

Corporate Secretary LPEI Agus Windiarto mengatakan, penghargaan tersebut menjadi bukti bahwa program Desa Devisa di Bali memberi manfaat bagi masyarakat.

Dengan begitu, para petani mampu melahirkan produk-produk inovatif yang mampu menembus pasar global.

''Keberadaan program Desa Devisa ini dapat memajukan kesejahteraan masyarakat berdasarkan pengembangan produk unggulan setempat,'' kata Agus dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (22/9/2020).

Agus menjelaskan, Desa Devisa merupakan komunitas atau klaster yang melakukan aktivitas produksi kakao secara berkelanjutan.

Baca juga: UKM Berorientasi Ekspor Bisa Dapat Pembiayaan LPEI, Ini Syaratnya

Tak hanya itu, Desa Devisa juga ikut ambil bagian dalam rantai pasokan ekspor global, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini menjadikan program Desa Devisa sebagai salah satu solusi pengembangan ekonomi dan komoditi unggulan daerah.

''Keberadaan program Desa Devisa ini dapat memajukan kesejahteraan masyarakat berdasarkan pengembangan produk unggulan setempat,'' jelas Agus.

Tembus Australia hingga Eropa

Asal tahu saja, terpilihnya komunitas petani kakao Jembrana sebagai pelopor telah melalui proses kurasi oleh LPEI dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Komunitas yang tergabung dan didampingi oleh Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) di Desa Nusasari, Jembrana, Bali itu didirikan sebagai sentra pengembangan bagi petani kakao sejak 2006 melalui program Kakao Lestari.

Baca juga: LPEI Kerja Sama Penjaminan Kredit dengan 15 Bank

Direktur Yayasan Kalimajari I Gusti Agung Widiastuti mengatakan, sejak 2015 hingga 2019, para petani kakao di Desa Jembrana sudah memproduksi sekitar 81,6 ton biji kakao fermentasi.

Sebagian besar kakao dikirim ke sejumlah negara seperti Perancis, Belgia, Jepang, dan Australia. Perancis merupakan pembeli dengan volume terbesar yang mencapai 12,5 ton setiap tahunnya.

Kini, Koperasi KSS terus memperluas pasar baru sperti Belanda, Rusia, dan Pakistan. Pembeli asing tertarik dengan biji kakao Jembrana karena memiliki aroma yang kuat dibandingkan hasil produksi kawasan lain.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com