Situasi pasar dunia yang kurang menguntungkan dengan adanya pandemi perlu disikapi lebih baik. Walaupun terjadi penurunan produksi akibat pandemi, konsumsi dunia juga ikut menurun sehingga menyebabkan harga masih terus tertekan.
“Kami akan terus berupaya memperjuangkan sektor karet alam demi jutaan petani yang menggantungkan hidupnya pada komoditas ini," kata Yudi.
Menurutnya, ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan konsumsi karet alam.
Seperti dengan penggunaan karet sebagai campuran aspal, maupun produk barang jadi karet yang permintaannya meningkat akibat pandemi Covid-19, yakni sarung tangan karet dan karet perisai radiasi.
Baca juga: Gara-gara Wabah Penyakit, Produksi Karet RI Diperkirakan Anjlok 15 Persen
Di sisi lain, saat ini ketiga negara bekerja sama dengan lembaga penelitian di masing-masing negara untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk berbasis karet alam lainnya.
ITRC juga berkomitmen melanjutkan dan memperbaiki implementasi Supply Management Scheme (SMS) yang berperan penting dalam mencapai keseimbangan pasokan dan permintaan karet alam di pasar global.
Yudi mengatakan, untuk mewujudkan karet alam berkelanjutan yang memerhatikan tiga aspek utama yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan, ITRC juga sepakat membentuk komite Sustainable Natural Rubber (SNR).
Komite ini diharapkan dapat merumuskan pedoman karet alam berkelanjutan yang dapat meningkatkan posisi tawar yang lebih baik bagi petani dan mendorong perbaikan harga.
“Kita perlu menyusun sebuah pedoman yang dapat diterapkan di ketiga negara untuk memastikan terwujudnya karet alam berkelanjutan di sepanjang rantai nilainya,” pungkas Yudi.
Baca juga: 382.000 Hektar Kebun Karet di 6 Provinsi Terkena Wabah Penyakit
Sekedar diketahui, karet alam merupakan komoditas ekspor pertanian kedua terbesar Indonesia.
Pada 2019, total ekspor karet alam Indonesia tercatat sebanyak 2,58 juta ton dengan nilai 3,65 miliar dollar AS.
Persentase ekspor tersebut meliputi 79 persen dari produksi karet alam, sedangkan 21 persennya dikonsumsi pasar domestik.
Sebagai penghasil kedua terbesar karet alam di dunia, pada 2019 Indonesia memproduksi 3,30 juta ton dari lahan perkebunan karet seluas 3,68 juta hektare. Sebanyak 85 persen lahan perkebunan dimiliki dan dibudidayakan oleh 2,2 juta petani karet.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.