JAKARTA, KOMPAS.com - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) menjadi langkah awal yang diambil pemerintah, baik pusat dan daerah, saat Covid-19 masuk ke Indonesia. Seiring dengan kebijakan itu, kesadaran masyarakat akan potensi penularan membuat mereka membatasi pergerakan.
Kebijakan itu tentu baik dari segi kesehatan, tapi ternyata berimbas buruk pada perekonomian. Minimnya pergerakan manusia membuat kegiatan ekonomi pun sulit berjalan.
Sektor pariwisata menjadi salah satu yang paling terdampak. Pengusaha restoran yang menjadi bagian dari sektor ini turut merasakan pukulan karena kerugian besar yang dialami.
Baca juga: Tren Belanja Berubah, Inovasi Digital Sangat Penting
Seperti yang dirasakan oleh Dyah Intan, pemilik restoran Warung Wareg yang saat ini memiliki empat cabang berlokasi di Kota Malang dan Kota Batu, Jawa Timur.
Pandemi diakuinya telah membuat masa yang berat hingga langkah merumahkan karyawan sempat diambil.
"Dampak terberat di bulan Maret-Juni saat awal pandemi dan masa PSBB, karena omzet menurun sebesar 90 persen sehingga sebagian karyawan dirumahkan sampai kondisi stabil," ungkapnya kepada Kompas.com Jumat (25/9/2020).
Pemerintah Kota Malang bersama Kota Batu sempat menerapkan kebijakan PSBB pada 17–30 Mei lalu. Ini memang nampak tidak terlalu lama dibandingkan dengan Jakarta yang hingga kini masih terus menerapkan PSBB.
Namun, Malang dan Batu merupakan salah dua kota wisata yang terkenal di Indonesia. Maka PSBB di sejumlah wilayah dan pembatasan gerak yang dilakukan masyarakat sangat berdampak pada kegiatan ekonomi di dua kota wisata tersebut.
Tak berpangku tangan melihat kondisi yang ada, Dyah pun mulai menyusun strategi bisnis untuk bisa kembali menggaet pembeli dan meningkatkan penjualannya. Beragam promo pun diberikan, terutama saat PSBB di mana restoran dilarang melayani makan di tempat (dine in).
"Sehingga menciptakan berbagai promo untuk menunjang penjualan mode take away, seperti gratis ongkir, diskon besar, bonus, dan lain-lain," ujar Dyah.
Kini ketika PSBB tak lagi diberlakukan di Malang dan Batu, ia turut fokus menyiapkan restoran dengan protokol kesehatan yang ketat. Langkah ini untuk menunjang keamanan pembeli yang datang ke restoran.
Baca juga: Curhat Pengusaha Restoran Saat PSBB: Tak Ada Pembeli hingga Bahan Baku Terancam Busuk
Protokol diterapkan mulai dari karyawan yang selalu memakai masker, dan sterilisasi seluruh peralatan makan dengan merebusnya di air mendidih.
Selain itu dilakukan pula pemberian disinfektan pada seluruh permukaan meja dan kursi setelah dipergunakan tamu. Serta mendisinfektan restoran secara umum setiap pagi dan malam.
"Juga selalu mengajak tamu dan karyawan mencuci tangan dengan sabun, dan menyediakan banyak wastafel," imbuh dia.