Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Gobang, Terbang Semudah Gojek...

Kompas.com - 27/09/2020, 09:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEBERAPA hari lalu beredar berita tentang kasus pemerasan dan pelecehan seksual terhadap seorang wanita calon penumpang pesawat terbang saat melakukan rapid test di Bandara. Sebuah peristiwa yang sangat memalukan sekaligus tidak seharusnya bisa terjadi di sebuah Bandara Internasional sekelas SHIA (Soekarno Hatta International Airport).

Di tengah pandemi virus covid-19, terlihat sekali kekacauan dalam pengelolaan bisnis penerbangan di seluruh dunia sebagai akibat banyak hal terutama sekali menyangkut protokol kesehatan yang wajib dilakukan.

Protokol kesehatan yang penekanannya terfokus kepada pakai masker, jaga jarak dan sering cuci tangan sejatinya sangat berlawanan dengan tata kelola dalam melaksanakan operasi penerbangan pada persepektif bisnis.

Ketakutan para pengguna jasa penerbangan terhadap kemungkinan tertular covid-19 telah membuat maskapai penerbangan kehilangan sebagian besar pelanggannya.

Baca juga: Menhub: Pelecehan oleh Petugas Rapid Test di Bandara Soetta Memalukan...

Sementara itu prosedur health protocol sebagai prosedur tambahan bagi para calon penumpang pesawat terbang, telah menambah lagi hilangnya gairah orang untuk menggunakan jasa angkutan transportasi udara.

Membuang waktu yang berjam-jam di bandara keberangkatan benar-benar membuat sistem angkutan udara menjadi tidak disukai banyak orang, apalagi untuk bepergian dengan waktu penerbangan yang hanya 2 atau 3 jam saja.

Hal ini diperparah lagi dengan peluang melakukan pemerasan dan pelecehan seksual pada pelaksanaan tambahan prosedur health protocol yang dilaksanakan sebelum terbang.

Posisi dari orang yang akan bepergian menggunakan angkutan transportasi udara sekarang ini adalah pada mereka yang benar-benar urgen untuk melakukan perjalanan. Di sinilah letak kerawanannya, sehingga seseorang akan mudah sekali menjadi korban pemerasan dan juga pelecehan, mengingat urgensi kepentingannya untuk dapat berangkat ke tujuan.

Hal itu pula yang menjadi tantangan. Bahwa pemberlakuan prosedur tambahan berkenaan dengan protokol kesehatan di Bandara, seharusnya dapat dicarikan jalan atau cara yang agak lebih cerdas untuk tidak menambah keterpurukan bisnis penerbangan yang sudah babak belur.

Paralel dengan itu, ketentuan hanya 70 persen kapasitas yang diperbolehkan naik pesawat juga perlu ditinjau ulang. Pertanyaannya adalah dari mana angka 70 persen itu diperoleh, sementara teknologi HEPA Filter di kabin pesawat terbang seharusnya dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan regulasi yang diberlakukan.

Dalam hal ini, kiranya para ahli kesehatan spesialis virus perlu melakukan pembicaraan serius dengan para ahli penerbangan untuk dapat melahirkan ketentuan prosedur tambahan yang tidak menambah parah nasib nya bisnis penerbangan nasional. Banyak sekali produk teknologi mutakhir yang dapat digunakan untuk diterapkan dalam mencari solusi cerdas bagi persoalan dilematik ini.

Dunia penerbangan adalah merupakan penjuru dari kemajuan teknologi yang sudah sepantasnya dapat diselenggarakan dan dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi praktis.

Bayangkan, moda transportasi udara telah membuktikan dirinya sebagai moda transportasi yang paling aman, paling cepat, paling nyaman dan seharusnya juga menjadi sebuah moda angkutan transportasi yang paling praktis.

Adalah sangat tidak masuk akal , bila orang akan berpergian dari Jakarta ke Bali yang hanya akan memerlukan waktu terbang sekitar satu setengah jam saja, kemudian harus datang ke Bandara 3 jam sebelum waktu keberangkatan. Tiga jam di bandara sekedar memenuhi syarat protokol kesehatan belaka.

Sekali lagi moda angkutan udara adalah produk unggulan dari sebuah pencapaian kemajuan teknologi di permukaan bumi ini. Logikanya, menggunakan transportasi udara adalah sebuah cara yang paling praktis dan paling mudah dibanding dengan moda transportasi lainnya.

Walaupun ditengah hiruk pikuk melandanya pandemi corona virus covid-19, yang memunculkan beberapa prosedur tambahan memenuhi protokol kesehatan untuk bepergian sudah sepantasnya moda transportasi udara tetap berada dalam format dan performa yang paling praktis.

Baca juga: Menhub Minta Pilot dan Pramugari Promosikan Keamanan Penerbangan Lewat Media Sosial

Pertanyaanya adalah, bagaimana caranya?

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat tidak memerlukan jawaban, terutama bagi orang-orang cerdas. Apabila sekarang ini orang sudah dapat bepergian melakukan perjalanan dengan jasa angkutan motor dan mobil, dengan cukup menggunakan HP saja dalam genggaman, lalu mengapa tidak demikian halnya dengan melakukan hal yang sama pada pesawat terbang?

Ini adalah sebuah fenomena yang terbalik dari moda angkutan berteknologi tinggi yang harus berhadapan dengan prosedur tetek bengek yang sangat manual.

Ketika orang bisa naik angkutan sepeda motor yang sederhana dengan hanya menggunakan aplikasi “gojek” dalam hp di genggaman tangan dengan cara yang “otomatis”. Sementara pesawat terbang yang dilengkapi dengan alat kemudi otomatis, akan tetapi untuk naik pesawat harus melalui prosedur yang “sangat manual”.

Sudah waktunya, sekarang ini kita semua keluar dari kemelut ribetnya bepergian dengan menggunakan pesawat terbang, terutama ditengah pandemi corona virus covid-19.

Sudah waktunya kini kita harus bisa menggunakan aplikasi “Gobang” untuk bepergian dengan pesawat terbang sebagaimana layaknya kemudahan bepergian dalam menggunakan angkutan motor yang menggunakan “Gojek”.

Syaratnya sederhana sekali , yaitu untuk hal ini pasti dibutuhkan orang-orang cerdas untuk mewujudkannya dan yang lebih penting adalah kemauan dari kita sendiri. Kemauan untuk mewujudkan aplikasi “Gobang” di HP Anda, sehingga bepergian menggunakan pesawat terbang akan semudah bepergian menggunakan Ojek.

Yang penting di Bandara para calon penumpang tidak akan lagi berjumpa dengan orang-orang yang hobinya memeras dan melecehkan seksual dalam lingkungan yang sangat “aji mumpung”.

Gojek – Go naik Ojek, Gobang – Go naik pesawat terbang. Selamat menikmati perjalanan!

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com