Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Revisi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi Minus 2 Persen, Ini Sebabnya

Kompas.com - 29/09/2020, 11:31 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini.

Chief Economist for East Asia and Pacific Bank Dunia Aaditya Mattoo menyatakan, Indonesia merupakan salah satu negara di kawasan Asia Pasifik selain Filipina yang menurutnya belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi dalam waktu dekat.

Pasalnya, hingga saat ini Indonesia dinilai belum sukses dalam menangani pandemi. 

Baca juga: Menko Airlangga Sebut Kuartal III Ekonomi RI Bisa Minus 3 Persen

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi bakal ada di kisaran minus 1,6 persen hingga minus 2 persen.

"Indonesia masih belum menerapkan isolasi secara ketat, dan nampaknya lebih mengandalkan kebijakan-kebijakan yang lebih ringan," ujar Mattoo ketika memberikan keterangan dalam konferensi video, Selasa (29/9/2020).

Untuk diketahui, proyeksi pertumbuhan Bank Dunia tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi pada Juli 2020 yang memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa bertahan di nol persen

Mattoo pun mengatakan, proses pemulihan perekonomian di Indonesia akan berlangsung lebih lambat jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik.

Baca juga: Kemenkeu Sebut RI Sudah Resesi, Ekonomi Melambat Sejak Kuartal I

Pasalnya, perekonomian domestik di negara-negara kawasan tersebut mulai berjalan. Meski demikian, permintaan global masih akan tertekan lantaran kawasan Asia Pasifik sangat bergantung pada aktivitas perekonomian dunia.

Bank Dunia memproyeksi, ekonomi China bakal tumbuh di kisaran 2 persen tahun 2020 in. 

"Didorong oleh belanja pemerintah, ekspor yang kuat, dan kasus infeksi Covid-19 yang cenderung rendah sejak Maret, namun masih tertekan oleh kinerja konsumsi domestik yang melamban," jelas Mattoo.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com