Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Kiprah Wirausaha Desa Mereguk Manisnya Pasar Wisata

Kompas.com - 06/10/2020, 13:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat & Hetty Karunia Tunjungsari

PADA acara peluncuran virtual Bangga Buatan Indonesia Kemendag pada Rabu (16/9/2020), seperti diwartakan Kompas.com, Menteri Koperasi dan UKM mengemukakan harapannya agar UKM dapat memanfaatkan hasil riset dan SDM unggul untuk pengembangan produk sehingga produk UKM tidak cuma keripik, akik dan batik, tetapi juga produk dengan nilai ekonomi yang lebih besar.

Hasil produksi UKM atau yang diperluas menjadi UMKM, memang banyak berkisar pada produk-produk tersebut. Dengan segala keterbatasannya seperti kemampuan SDM yang minim dan pengelolaan yang tradisional, keberadaan UMKM saat ini sebenarnya sudah cukup lumayan walau belum dapat disebut telah maksimal.

Di balik produk-produk yang tampak seperti tidak bernilai ekonomi besar, keberadaannya telah mewarnai pasar wisata di Indonesia. Pasar wisata yang dimaksud adalah pembeli dari para wisatawan yang mengunjungi berbagai destinasi wisata.

Baca juga: Anjlok 89,22 Persen, Kunjungan Wisman Agustus Cuma 165.000 Orang

Ukuran pasar wisata

Menyoal ukuran pasar wisata di Indonesia memang patut menjadi perhatian. Jika mengacu pada data BPS, pada tahun 2019 terdapat 16,11 juta wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia, naik 1,88 persen dibandingkan tahun 2018 yang berjumlah 15,81 juta.

Sementara untuk wisatawan domestik diukur berdasarkan jumlah perjalanan yang mencapai 275 juta kali perjalanan, menurun dibandingkan tahun 2018 yang mencapai 303,4 juta kali perjalanan.

Sekalipun demikian, masih jumlah yang cukup besar, bukan? Sebuah peluang pasar untuk menghadirkan berbagai produk untuk para wisatawan lokal dan mancanegara.

Bagaimana dengan tahun 2020 ini?

Walau tahun 2020 belum berakhir, namun data BPS memperlihatkan sejumlah hal yang menarik. Pada semester I (Januari-Juni 2020) jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 3,09 juta atau turun 59,96 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang mencapai 7,72 juta wisatawan.

Pada Juni 2020, jumlah kunjungan anjlok 88,82 persen dibandingkan Juni 2019. Jika dibandingkan dengan Mei 2020, turun 2,06 persen.

Jika menyimak data lama kunjungan dan tingkat penghunian kamar (TPK) memang tidak menyenangkan hati. TPK bulan Juni pada hotel berbintang di Indonesia hanya rata-rata 19,7 persen, turun 32,57 persen dibanding Juni 2019 yang sebesar 52,27 persen. Dibanding Mei 2020, memang ada kenaikan 5,25 persen. Rata-rata menginap juga hanya 1,69 hari, turun 0,08 poin dibandingkan Juni 2019.

Walau pandemi menghadirkan “kiamat” kecil dunia pariwisata, jumlah kunjungan yang tersisa 40,04 persen dibandingkan tahun lalu, masih menyiratkan adanya peluang. Juga dari wisatawan domestik yang mulai kembali berwisata ke berbagai destinasi.

Tentunya peluang bagi sejumlah UMKM yang menawarkan berbagai produk yang terutama ditujukan bagi wisatawan sebagai oleh-oleh, seperti versi Menteri Koperasi dan UKM ungkapkan: keripik, batik dan batu akik. Atau produk khas lainnya seperti hasil kerajinan tangan dan makanan khas daerah.

Baca juga: Dua Desa Ini Jadi Percontohan Pengembangan Smart Village Nusantara

Pembinaan UMKM wisata

Tak dapat dipungkiri, sektor wisata adalah salah satu sektor yang pertama kali terdampak oleh pandemi ini, namun juga bisa menjadi sektor yang akan bangkit pertama kali. Pada kondisi normal sebelum pandemi, sektor wisata juga menjadi motor penggerak perekonomian di berbagai daerah.

Universitas Tarumanagara melalui Pusat Studi Kewirausahaan telah lama menaruh perhatian pada keberadaan UMKM yang memberikan perhatian pada pasar wisata. Sejumlah kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) telah dilakukan dalam rangka pembinaan wirausaha desa untuk menjadi UMKM yang memiliki daya saing.

Salah satu kegiatan PKM berupa pendampingan bagi ibu-ibu PKK dan karang taruna di Desa Sukagalih, Bandung. Desa Sukagalih memiliki program go green dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengurangi sampah plastik serta mengolah beragam produk berbahan baku alami yang akan dijadikan produk unggulan desa.

Pendampingan dilakukan pada sejumlah ibu-ibu PKK dan karang taruna yang ingin mengembangkan diri menjadi wirausaha desa, dengan mengajarkan cara pembuatan kerajinan ecoprint.

Kerajinan ecoprint adalah produk berbahan dasar kain yang memanfaatkan bahan-bahan alami seperti dedaunan, bunga dan ranting untuk menghasilkan motif.

Saat ini terdapat UMKM yang memproduksi kaos custom berbahan dasar 100 persen katun. Muncul ide untuk menciptakan kaos dengan motif ecoprint yang dapat diproduksi melalui kerja sama UMKM dengan ibu-ibu PKK maupun anggota karang taruna.

Produk yang dihasilkan ditujukan sebagai produk unggulan desa dan diharapkan dapat dikenal sebagai oleh-oleh khas Bandung.

Di Jambi, produk oleh-oleh khas Jambi yang dapat ditemukan di berbagai tempat wisata adalah gelang Sebalik Sumpah.

Gelang Sebalik Sumpah adalah gelang yang dibuat dari rangkaian biji pohon Sebalik Sumpah yang banyak tumbuh di wilayah Taman Nasional Bukit Duabelas, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Sebagai produk oleh-oleh khas Jambi, gelang ini belum dikemas secara profesional sehingga harga jualnya pun kurang kompetitif. Hampir setiap tempat yang menjual oleh-oleh khas Jambi menawarkan gelang ini dan harga jualnya pun relatif sama. Tampilan produk juga kurang menarik karena tidak dikemas dengan baik.

Untuk bisa lebih meningkatkan daya tarik gelang Sebalik Sumpah, tim PKM membantu merancang dan membuat desain kemasan bagi UMKM produsen gelang Sebalik Sumpah yang berlokasi di Candi Muaro Jambi.

Kemasan ini selain berfungsi sebagai pelindung produk agar tidak mudah rusak juga menambah nilai estetika produk sehingga gelang Sebalik Sumpah yang tadinya memiliki citra “murah” dapat naik kelas menjadi produk oleh-oleh yang lebih eksklusif. Upaya ini juga ditujukan untuk meningkatkan citra destinasi wisata di Jambi.

Baca juga: Digitalisasi, Kunci Selamatkan UMKM Indonesia dari Krisis akibat Pandemi

Selanjutnya, di Jatiluwih, Tabanan, Bali, keberadaan produk oleh-oleh khas daerah menjadi daya tarik destinasi wisata. Daerah ini sangat populer dengan pemandangan alam berupa persawahan dengan sistem terasering.

Subak Jatiluwih juga telah ditetapkan sebagai warisan dunia (world heritage) budaya tak benda oleh UNESCO pada 2012. Destinasi wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara yang ingin berwisata alam dan mendapatkan spot foto yang menarik. Adapun produk oleh-oleh khas Jatiluwih adalah beras merah organik yang dikenal memiliki banyak khasiat bagi kesehatan.

Kali ini tim PKM Universitas Tarumanagara bekerja sama dengan Universitas Warmadewa Bali menyusun strategi penciptaan destinasi wisata khas yang dapat dikelola oleh warga desa.

Survei yang dilakukan terhadap para wisatawan yang berkunjung ke Jatiluwih menunjukkan bahwa kegiatan yang banyak dilakukan saat berkunjung ke daerah ini meliputi tracking, bersepeda di sekitar area persawahan, serta menikmati suasana sambil bersantai di restoran.

Bersama dengan warga, tim mendesain paket wisata berupa tracking di area persawahan, melewati air terjun, dan makan siang dengan hidangan nasi merah khas desa di home stay warga. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menambah kegiatan perekonomian desa dengan memanfaatkan sumber daya wisata yang dimiliki desa.

Memang, dunia pariwisata Indonesia belum sepenuhnya pulih, bahkan mungkin masih jauh dari itu. Keberadaan sejumlah wisatawan domestik yang tetap melakukan perjalanan ke sejumlah destinasi tentu menggembirakan.

Peluang tetap ada. Wirausaha desa dengan produknya yang berbekal kearifan lokal, patut untuk bersiap hingga kebangkitan pasar wisata tiba.

Frangky Selamat
Hetty Karunia Tunjungsari

Dosen Tetap Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Tarumanagara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com