Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa RI Begitu Bergantung Impor BBM dari Negara Semungil Singapura?

Kompas.com - 14/10/2020, 06:03 WIB
Muhammad Idris

Penulis

 

Letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi dan perizinan juga jadi alasan banyak perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut.

Baca juga: Sempat Ekspor HSD dengan Harga Murah, Ini Penjelasan Pertamina

Mengutip data yang dirilis lembaga informasi energi milik pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura mencapai 1,4 juta barel per hari.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah.

Bandingkan dengan Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta dengan konsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina hanya sekitar 1,1 juta barel per hari. Ini pula yang menyebabkan impor minyak sangat membebani neraca perdagangan Indonesia.

Singapura juga tercatat sebagai negara pengekspor minyak terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar ekpsor minyak tersebut dikirim ke Indonesia, Malaysia, dan China.

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat rapat dengan Komisi VII DPR, memaparkan kondisi kilang di Indonesia sudah sangat terbatas.

"Kondisi hari ini, jenis crude (minyak mentah) yang bisa diolah di kilang kita sangat-sangat terbatas jumlahnya," ujar Nicke.

Lebih lanjut, Nicke menyebutkan, hal tersebut mengakibatkan perseroan perlu mengeluarkan biaya pokok produksi yang lebih tinggi.

Baca juga: Penjualannya Diproyeksi Menurun, Pertamina Pangkas Penjualan Premium?

"Ini karena masalah supply demand yang kurang seimbang," kata dia.

Oleh karenanya, untuk mengatasi hal tersebut Pertamina tengah fokus melakukan modifikasi kilang eksisting atau Refinery Development Master Plan (RDMP) 4 kilangnya dan juga melakukan pembangunan 2 kilang baru atau Grass Root Refinery (GRR).

Dengan proyek-proyek strategis tersebut, kilang-kilang nantinya mampu mengolah minyak mentah dengan jenis yang lebih variatif.

"Yang ujung-ujungnya akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi," katanya.

Apabila biaya pokok produksi dapat ditekan, Nicke meyakini hal itu akan langsung berpengaruh ke harga BBM.

Baca juga: Rencana Pemerintah: Pertamina Jadi Produsen Baterai Mobil Listrik

"Nantinya kita harapkan harga BBM akan semakin kompetitif, akan semakin affordable bagi masyarakat Indonesia," ucap dia.

PT Pertamina (Persero) berencana menghapus bahan bakar minyak (BBMN) dengan nilai oktan (Research Octane Number/RON) 91 ke bawah, yakni RON 88 (Premium) dan RON 90 (Pertalite).

Namun, Pertamina dinilai perlu menyelesaikan proyek-proyek kilang minyaknya terlebih dahulu sebelum melaksanakan rencana tersebut ketimbang terus menerus menggantungkan impor BBM.

Rencana yang diusung guna melaksanakan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 20 Tahun 2017 tentang Penetapan Bahan Bakar Standar Euro 4 itu disebut berpotensi memberatkan neraca impor minyak nasional.

Baca juga: Dikritik Ahok Karena Terlalu Sering Utang, Ini Penjelasan Pertamina

(Sumber: KOMPAS.com/Rully R Ramli | Editor: Erlangga Djumena)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com