JAKARTA, KOMPAS.com - Dua perusahaan asal Jawa Timur yang mengikuti program pendampingan eksportir (export coaching) Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk melakukan ekspor perdana secara mandiri.
Total nilai ekspor yang dilakukan oleh PT Demapra Mega Perkasakedua dan CV Hortindo Agrokencana tersebut sebesar 141.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,07 miliar (kurs Rp 14.700 per dollar AS).
PT Demapra Mega Perkasa mengekspor produk kopi Arabika sebanyak satu kontainer senilai 106.000 dollar AS ke Amerika Serikat (AS), dan CV Hortindo Agrokencana mengekspor produk ubi beku senilai 35.000 dollar AS ke Jepang.
Baca juga: Kadin Meyakini UU Cipta Kerja Bisa Lahirkan Lapangan Kerja Berkualitas
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, ekspor dua perusahaan tersebut menggembirakan karena semakin banyak perusahaan yang berhasil melakukan ekspor di tengah kondisi ketidakpastian global akibat pandemi Covid-19 saat ini.
"Keberhasilan ini merupakan hasil dari komitmen kuat serta kerja keras pelaku usaha. Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi pelaku usaha Indonesia lainnya untuk memperluas jangkauan produknya ke pasar global,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Kamis (15/10/2020).
Adapun program pendampingan ekspor tersebut dilakukan oleh Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI), Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag bekerjasama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan mengatakan, program pendampingan ekspor merupakan kegiatan pembinaan usaha kecil dan menengah (UKM) selama setahun.
Program ini dikhususkan bagi para pelaku usaha yang telah mendaftarkan diri dan memperoleh rekomendasi dari dinas yang membidangi urusan perdagangan di masing-masing daerah.
Baca juga: Daftar Lelang Rumah di Bogor, Harga di Bawah Rp 300 Juta
Para peserta memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin jaringan dalam perdagangan internasional. Program pendampingan eksportir ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2010.
"Pada program tersebut, pelaku usaha mendapat bimbingan mengenai tata cara ekspor dan informasi mengenai negara tujuan ekspor. Selain itu, para peserta dapat membuka peluang di negara tujuan ekspor didampingi praktisi pelaku ekspor,” kata Kasan.
Kepala Balai Besar BBPPEI Noviani Vrisvintati menjelaskan, fasilitator memberikan pendampingan kepada para peserta untuk peningkatan kualitas produk, lalu perbaikan manajemen produksi, daya saing produk, desain, dan kemasan produk untuk tujuan ekspor.
Baca juga: Impor RI Naik Jadi 11,56 Miliar Dollar AS, Terbesar dari Jepang
Kemudian pendampingan terkait kemasan produk untuk tujuan ekspor, serta pengembangan tim ekspornya. Diharapkan melalui berbagai tahapan ini, pelaku usaha mampu berkembang dan melakukan ekspor secara mandiri tanpa melalui perantara atau trader.
"Pelaku usaha diharapkan dapat mengetahui prosedur, ketentuan, dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk ekspor yang berlaku di dalam negeri maupun di negara tujuan ekspor. Selain itu, mampu melakukan riset pasar ekspor dan mencari calon mitra potensial melalui internet maupun informasi dari perwakilan perdagangan,” kata Noviani.
Baca juga: Mengaku Sudah Baca Draf UU Cipta Kerja, Hotman Paris: Berita Bagus untuk Para Buruh!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.