Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekan Depan IHSG Berpotensi Menguat, Ini Sentimen Penggeraknya

Kompas.com - 18/10/2020, 14:22 WIB
Kiki Safitri,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Sepekan ke depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan akan menguat terbatas.

Sebelumnya, IHSG ditutup di zona merah dengan penurunan 0,03 persen pada level 5.103,41.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee mengatakan hadirnya beberapa sentimen mulai dari vaksin dan perkiraan kinerja emiten yang lebih baik di kuartal III 2020 membuat IHSG menguat terbatas sepekan ke depan.

Baca juga: Sepekan Ini, IHSG Menguat 0,98 Persen

“Kami perkirakan indeks akan menguat terbatas di pekan depan. Cenderung SOS bila IHSG menguat untuk bisa BOW kembali ketika IHSG koreksi,” kata Hans, melalui siaran pers, Minggu (18/10/2020).

Adapun beberapa sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG antara lain, perijinan vaksin Covid-19. Manajemen Pfizer Inc berencana mengajukan izin ke otoritas USA pada awal November.

Vaksin Pfizer merupakan hasil pengembangan perusahaan bersama mitranya di Jerman, BioNTech.

Perkembangan perijinan vaksin menjadi sentimen positif di akhir pekan bagi bursa Eropa dan Amerika di tengah naiknya kasus Covid-19. Saat ini pasar sudah memasukan optimisme vaksin akan segera ditemukan dan segera distribusikan.

Baca juga: Akhir Pekan, IHSG Turun 0,03 Persen

Di sisi lain, beberapa perusahaan menghentikan uji coba pengobatan antibodi Covid-19 tahap akhir.

Misalkan saja, Eli Lilly yang menghentikan uji coba karena alasan keamanan. Sebelumnya, Johnson & Johnson juga melakukan hal yang sama dengan alasan efek samping yang belum bisa dijelaskan secara medis.

“Hal ini membuat pasar berpikir proses pencarian obat dan vaksin Covid-19 tidak mudah dan masih butuh waktu lama,” jelas dia.

Sementara itu, harapan akan realisasi stimulus fiskal di Amerika Serikat menjadi perhatian pelaku pasar beberapa pekan ke depan.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berbicara kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi, Presiden Donald Trump akan "mempertimbangkan" menaikkan jumlah bantuan pada paket stimulus fiskal 1,8 triliun dollar AS yang diusulkan sebelumnya.

Di sisi lain, sentimen pilpres AS masih menjadi isu utama penggerak bursa saham. Kandidat dari Partai Demokrat, Joe Biden, diperkirakan akan menang pada pemilihan presiden AS 3 November 2020 mendatang.

Beberapa jajak pendapat menyebutkan, Biden memimpin atas kandidat dari Partai Republik Donald Trump.

Baca juga: Pagi Ini, IHSG Dibuka di Zona Hijau

“Kemenangan ini akan mendorong paket stimulus ekonomi yang lebih besar dan mengurangi potensi perang dagang dengan China. Selain itu pajak perusahaan di AS juga di perkirakan akan naik. Hal ini mendorong dollar AS lebih lemah dan akan positif bagi pasar Emerging Market termasuk Indonesia,” tambah dia.

Sementara itu, gelombang kedua Covid-19 meningkat karena infeksi melonjak di beberapa wilayah Eropa.

Pemerintah Perancis mengumumkan keadaan darurat kesehatan masyarakat, karena terjadi kenaikan rawat inap akibat Covid-19 di atas ambang batas 9.100 untuk pertama kalinya sejak 25 Juni.

Inggris mengumumkan langkah-langkah ketat untuk mengurangi penyebaran Pandemi Covid-19 di London. Ini membuat Inggris mendekati lockdown nasional kedua.

 

Baca juga: IHSG Berpeluang Melemah di Akhir Pekan, Ini Rekomendasi Sahamnya

Ancaman gelombang kedua Covid-19 akan menjadi sentimen negatif yang diperhatikan pelaku pasar pekan depan.

Sementara itu, pasar saham dunia memasuki periode laporan keuangan kuartal ke III tahun 2020. Menurut data Refinitiv, dari 49 perusahaan di S&P 500 yang telah melaorkan kinerjanya, sebanyak 86 persen memiliki kinerja baik dan melewati perkiraan para analis.

Demikian juga di Indonesia, kinerja emiten akan tumbuh positif di kuartal ke III tahun 2020 akibat banyaknya upaya dari otoritas pasar modal dan pemerintah yang mendorong kinerja positif korporasi.

Diperkirakan kinerja emiten akan lebih baik daripada kuartal II 2020 dan juga akan lebih baik dari kuartal pertama tahun 2020.

Di sisi lain, komentar Bank Dunia tentang Omnibus Law UU Cipta Kerja sangat positif. Bank Dunia menilai Undang-undang sapu jagat ini merupakan upaya konkret pemerintah Indonesia melakukan reformasi besar-besaran di sektor bisnis.

Aturan ini akan menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis.

“Undang-undang ini dinilai dapat membantu menarik investor lebih banyak berinvestasi di Indonesia, mampu menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia mengatasi masalah kemiskinan. Pelaku pasar keuangan sangat positif dengan UU ini sehingga penolakan keras akan menjadi sentimen negatif bagi pasar,” tegas Hans.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com