Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tingkatkan Kesejahteraan dan Kedaulatan Pangan dengan Korporasi Petani

Kompas.com - 18/10/2020, 17:46 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) membangun korporasi petani seluas 1.000 hektar di Ujung Genteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

“Ini salah satu upaya kami meningkatkan kesejahteraan petani dan membangun kedaulatan pangan berbasis masyarakat,” kata Guntur Subagja Mahardika, Ketua Umum Intani dalam keterangan tertulis, Minggu (18/10/2020).

Korporasi Petani budidaya padi ini mengolaborasikan para pemangku kepentingan (stakeholders) sektor pertanian secara terintegrasi mulai dari on-farm (budidaya) hingga off-farm (pasca panen).

Baca juga: Petani Holtikultura Terpaksa Buang Hasil Panen karena Tak Ada yang Membeli

Intani menggandeng Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan para pelaku industri pertanian mulai dari sarana produksi pertanian, permodalan, pendampingan, produksi pasca panen, teknologi, hingga off-taker (pembeli hasil produksi).

Penanaman perdana Korporasi Petani dilakukan pada Sabtu (17/10/2020).

Kepala Pusat Penganekaragaman Pangan Kementerian Pertanian Yasid Taufik meyakini korporasi petani akan menjadikan produksi efisien serta kualitas dan kuantitas lebih baik, serta membangun skala ekonomi yang memadai.

“Dengan skala ekonomi petani akan sejahtera,” jelas Yasid.

Baca juga: Pengembangan Kawasan Food Estate Kalteng, Jokowi Minta Petani Jangan Hanya Bisa Jual Gabah

Adapun Direktur Diniyah dan Pesantren Kementerian Agama Waryono mengapresiasi korporasi petani Intani melibatkan pesantren sebagai hub dan penggerak masyarakat.

“Pesantren adalah penggerak pendidikan, sosial, dan ekonomi yang dapat menggerakan masyarakat,”ungkapnya.

Untuk melakukan monitoring dan evaluasi korporasi petani, Intani menggandeng perguruan tinggi melalui Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia.

"CSPS melakukan pemetaan, kajian, monitoring dan evaluasi hingga analisis SROI (social return on investment),” terang Guntur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com