Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendag: Covid-19 Sering Jadi Alasan untuk Hambat Ekspor Pangan dari Indonesia

Kompas.com - 19/10/2020, 17:22 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan, pandemi Covid-19 seringkali dijadikan alasan oleh negara-negara mitra dagang untuk menghambat masuknya produk Indonesia ke negara tersebut. Hal ini perlu menjadi perhatian para eksportir.

"Banyak negara yang sekarang justru menjadikan Covid-19 sebuah barrier (pembatasan), seperti China dan Kanada," ungkap Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan Muhri dalam webinar MarkPlus Government Roundtable, Senin (19/10/2020).

Ia mencontohkan, seperti kasus yang dihadapi salah satu perusahaan perikanan asal Indonesia pada September 2020 lalu. Di mana produk tertahan selama seminggu, bukan karena produknya terindikasi virus corona melainkan proses pengemasannya yang dinilai tidak bebas dari Covid-19.

Baca juga: Banjir Impor Pakaian dan Aksesori, Ini yang Dilakukan Kemendag

 

Kondisi tersebut pada akhirnya kerap membuat adanya pembatalan pembelian produk dari Indonesia. Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya untuk eksportir menyiapkan strategi untuk mengantisipasi kejadian tersebut.

Kasan bilang Kemendag telah menyiapkan sistem resi gudang (SRG), yang dinilai menawarkan mekanisme terbukanya akses pasar, serta tersedianya informasi mengenai pasokan, sebaran, mutu, dan nilai komoditas.

"Jadi strateginya harus disiapkan. Jika ada batal order, bisa diantisipasi dengan optimalkan sistem resi gudang yang bisa dimanfaatkan, termasuk juga untuk komoditas pertanian," jelasnya.

Selain itu, ia juga meminta untuk para eksportir bisa mencermati kondisi pasar di negara tujuan ekspor. Pelaku usaha perlu memahami produk-produk apa saja yan tetap tumbuh permintaannya di negara tersebut, sehingga bisa menembus pasar dengan lebih mudah.

Berdasarkan catatannya, terdapat sejumlah produk pertanian yang melonjak tinggi pada periode Januari-Agustus 2020.

Ekspor sayuran tercatat naik 68,69 persen, kelapa naik 189,19 persen, jambu mangga dan manggis naik 134,49 persen, dan tanaman rempah cengkeh naik 14,09 persen.

Kemudian, tanaman rempah pala naik 32,17 persen, kacang mede naik 73 persen, kayu manis naik 107,3 persen, dan kapulaga naik 96,5 persen. Menurutnya, hal ini menggambarkan masih tingginya permintaan pada produk-produk pertanian Indonesia.

Baca juga: Kemendag Luncurkan Gerobak Digital untuk UMKM, Apa Itu?

Ini sejalan pula dengan ekspor pertanian Indonesia yang meningkat dengan beberapa mitra dagang. Seperti ke Filipina naik 100,5 persen, Spanyol naik 196,1 persen, Iran naik 297,4 persen, hingga China naik 35,1 persen.

Oleh sebab itu, Kasan mengingatkan, selain fokus pada potensi pasar dan negara tujuan, eksportir perlu cermat dalam menyiapkan produknya agar tak terhambat masuk ke negara tersebut.

"Karena pasar yang mencakup negara maju maka hal-hal terkait dengan sertifikasi organik, sustainability, tracebility, transpransi, itu menjadi bagian penting yang harus dipenuhi," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com