Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efektif Meredam Pandemi, Ekonomi China Pulih Cepat

Kompas.com - 20/10/2020, 08:36 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN

BEIJING, KOMPAS.com - Perekonomian China kembali melaju pada periode Juli - September 2020. Pada kuartal III-2020, produk domestik bruto (PDB) China tumbuh 4,9 persen year on year.

Dengan angka tersebut, Negeri Tirai Bambu itu berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

Padahal, pada saat bersamaan banyak negara tengah memasuki jurang resesi akibat pandemi Covid-19.

Baca juga: Ekonomi China Tumbuh 4,9 Persen pada Kuartal III-2020

Meskipun realisasi pertumbuhan ekonomi China lebih lambat dari proyeksi pasar, namun pertumbuhan tersebut sudah menunjukan adanya penguatan dalam sistem perekonomian-nya.

"Perekonomian China terus menunjukan pemulihan yang cepat sejak kuartal II-2020, dengan perekonomian yang lebih kuat dan tidak terlalu bergantung terhadap stimulus," ujar Ekonom Capital Economics, Evans-Pritchard, dikutip dari CNN, Selasa (20/10/2020).

Pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen biasanya akan menimbulkan kekhwatiran di negara dengan perekonomian terbesar kedua itu.

Kendati demikian, melihat masih belum stabilnya perekonomian di banyak negara akibat Covid-19, realisasi pertumbuhan China dinilai masih cukup baik.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan, pada tahun ini perekonomian China masih akan tumbuh 1,8 persen. Angka tersebut jauh lebih baik ketimbang AS yang diyakini perekonomiannya terkontraksi 5,8 persen dan 19 negara dengan mata uang euro akan tumbuh negatif 8,3 persen.

Langkah Beijing untuk meredam penyebaran Covid-19 pada akhir 2019 sempat mendapat kritik dari banyak orang.

Namun, pemerintahan Xi Jinping tetap memperketat penerapan lockdown hingga tracking sampel penyebaran Covid-19.

Pertumbuhan ekonomi positif menjadi bukti nyata, langkah-langkah penghentian penyebaran Covid-19 akan mempercepat pemulihan ekonomi suatu negara.

Baca juga: Beredar Isu Sinovac China Jual Vaksin Lebih Mahal ke RI, Benarkah?

Meskipun China sudah memberikan gambaran besar bagaimana kebijakannya berhasil menekan penyebaran Covid-19, namun pada kenyataannya tidak semua negara mendapatkan hasil yang sama.

Pasalnya, tidak semua negara memiliki sistem pemerintahan yang mengkontrol penuh masyarakatnya, layaknya di China.

Padahal, saat ini beberapa negara tengah dikhawatirkan dengan munculnya gelombang kedua pandemi, seiring kembali bermunculannya kasus positif Covid-19.

Hal tersebut diproyeksi akan semakin menimbulkan ketidakpastian ekonomi di banyak negara.

Baca juga: Erick Thohir: 2 Investor dari China dan Korsel Minati Proyek NIkel Senilai Rp 294 Triliun

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber CNN
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga Bulan Depan

Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga Bulan Depan

Whats New
Tahan Laju Utang Non-Bank, China Naikkan Modal Minimum Perusahaan Pembiayaan 3 Kali Lipat

Tahan Laju Utang Non-Bank, China Naikkan Modal Minimum Perusahaan Pembiayaan 3 Kali Lipat

Whats New
'Food Estate' dan 'Contract Farming' Jauh dari Kedaulatan Pangan

"Food Estate" dan "Contract Farming" Jauh dari Kedaulatan Pangan

Whats New
Kementan Percepat Pompanisasi di Lamongan untuk Optimasi Lahan Rawa hingga Tingkatkan IP

Kementan Percepat Pompanisasi di Lamongan untuk Optimasi Lahan Rawa hingga Tingkatkan IP

Whats New
BKN: Pemindahan ASN ke IKN Bukan Pemaksaan, tapi Kewajiban

BKN: Pemindahan ASN ke IKN Bukan Pemaksaan, tapi Kewajiban

Whats New
China dan Selandia Baru Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Ada Apa?

China dan Selandia Baru Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Ada Apa?

Whats New
Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran Bansos Melonjak Tajam di Awal 2024

Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran Bansos Melonjak Tajam di Awal 2024

Whats New
3 Langkah IFG Dukung Transformasi Sektor Keuangan Non-bank

3 Langkah IFG Dukung Transformasi Sektor Keuangan Non-bank

Whats New
Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga untuk Pertama Kali dalam 17 Tahun

Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga untuk Pertama Kali dalam 17 Tahun

Whats New
Erick Thohir Usul 7 BUMN Dapat PMN Rp 13,6 Triliun Tahun Ini

Erick Thohir Usul 7 BUMN Dapat PMN Rp 13,6 Triliun Tahun Ini

Whats New
Baru 2.430 ASN yang Siap Dipindahkan ke IKN

Baru 2.430 ASN yang Siap Dipindahkan ke IKN

Whats New
16 Smelter Mineral Bakal Dibangun pada 2024, Nilai Investasinya Rp 183 Triliun

16 Smelter Mineral Bakal Dibangun pada 2024, Nilai Investasinya Rp 183 Triliun

Whats New
Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

Whats New
Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

Whats New
Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpotensi Ditambah

Bukan Hanya 7, Lokasi Pembersihan Hasil Sedimentasi di Laut Berpotensi Ditambah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com