Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbuh Pesat di Tengah Pandemi, Investor Ritel Pasar Modal Capai 4,16 Juta

Kompas.com - 22/10/2020, 07:51 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menyatakan, investor ritel di pasar modal mengalami pertumbuhan yang pesat meski di tengah pandemi.

Ini tercermin dari jumlah investor ritel yang mencapai 4,16 juta, jauh lebih besar dari angka investor ritel di tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta, tahun 2018 sebanyak 1,62 juta, serta tahun 2017 sebanyak 1,12 juta.

"Justru di masa pandemi ini pertumbuhan investor ritel itu cukup besar menjadi 4,16 juta. Ini sangat besar, pertumbuhan yang paling besar yang pernah terjadi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat, dalam acara Bareksa-Kontan-Ovo Fund Awards 2020, Rabu (21/10/2020).

Baca juga: Asosiasi Emiten: Pemerintah Minim Perhatian Terhadap Pasar Modal, Ada Ada?

Ia menjelaskan, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga 31 Agustus 2020, sebanyak 4,16 juta investor ritel tersebut terdiri dari Single Investor Identification (SID) saham 1,31 juta, reksadana 2,44 juta, serta Surat Berharga Negara (SBN) 410.000.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada instrumen reksadana sebesar 37,9 persen dibandingkan periode sama tahun 2019 yang sebanyak 1,77 juta investor ritel.

"Paling besar pertumbuhannya memang pada reksadana, masyarakat kita ini sudah lebih banyak mempercayakan investasinya ke profesional, memang ada juga yang kelola sendiri," imbuh dia.

Khusus SBN, kata Donny, kepemilikan instrumen ini terus meningkat seiring dengan minat investor dalam negeri akan SBN ritel.

Nilai investasi investor ritel pada SBN hingga per 16 Oktober 2020 mencapai Rp 136 triliun, meningkat dari posisi awal tahun yang sebesar Rp 81 triliun di 2 Januari 2020.

Baca juga: OJK Akui Pasar Modal RI Kerap Dikritik Investor Asing

"Investasi di SBN itu selama pandemi naik, sekarang nilainya ada sekitar Rp 100 triliunan, ini angka menakjubkan," katanya.

Dia menilai, perkembangan pesat investor ritel tersebut tak lepas dari digitalisasi yang pesat selama masa pandemi. Masyarakat jadi lebih melek teknologi, sehingga memudahkan literasi mengenai pembelian produk investasi secara digital.

"Ini memang karena online, digitalisasi ini betul-betul dorong investor ritel, karena memang memberikan kemudahan, seiring juga banyak dilakukan literasi secara virtual mengenai instrumen investasi dan cara aksesnya," pungkas Donny.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com