Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Investor Pasar Modal Indonesia Masih Tertinggal dari Singapura dan Malaysia

Kompas.com - 22/10/2020, 10:30 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan jumlah investor ritel pasar modal di tengah pandemi melesat mencapai 4,16 juta dari posisi tahun 2019 yang sebanyak 2,48 juta.

Kendati demikian, jumlah investor Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara lainnya.

Direktur Eksekutif Departemen Pengembangan Pasar Keuangan Bank Indonesia, Donny Hutabarat mengatakan, dengan jumlah penduduk Indonesia usia produktif sebanyak 189 juta dan jumlah investor ritel di pasar modal 4,16 juta, maka rasionya hanya sekitar 2,2 persen.

Baca juga: Data Kependudukan Penting untuk Pengembangan Pasar Modal

Rasio keterlibatan penduduk Indonesia yang berinvestasi di pasar modal kurang dari 5 persen, tertinggal jauh dari Amerika Serikat (AS) dengan rasio mencapai 55 persen, Singapura mencapai 26 persen, bahkan Malaysia mencapai 9 persen.

"Dibandingkan negara lain itu kita masih sangat rendah. Angka 5 persen itu tidak cukup, dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif, itu masih dibawah 5 persen, bahkan masih sekitar 2 persen-an," ungkapnya dalam acara Bareksa-Kontan-Ovo Fund Awards 2020, Rabu (21/10/2020) malam.

Oleh sebab itu, Donny melihat masih ada ruang yang besar untuk mengembangkan investor ritel di Indonesia. Sehingga diharapkan kedepannya jumlah investor domestik terus bertambah, dan tak lagi bergantung pada investor asing.

Saat ini kepemilikan instrumen investasi di pasar modal oleh investor domestik sudah mencapai 58 persen, lebih tinggi dari kepemilikan investor asing.

"Jadi potensi investor ritel di Indonesia itu masih sangat tinggi. Ini memang jadi sasaran untuk penyeimbang struktur investor pasar keuangan kita, jadi tidak terlalu mengandalkan investor asing," jelasnya.

Ia mengatakan, tingginya keterlibatan penduduk dalam investasi di pasar modal sangat penting untuk menekan gejolak akibat keluarnya investor asing di tengah pelemahan ekonomi.

Baca juga: Data Kependudukan Penting untuk Pengembangan Pasar Modal

Seperti pada kondisi pandemi Covid-19 tahun ini, banyak investor asing yang keluar dari pasar modal Indonesia karena perekonomian nasional yang terus melemah.

Tapi tekanan pada tahun ini tak sebesar pada krisis keuangan pada tahun 2008-2009.

Donny menjelaskan, pada tahun 2008-2009 jumlah investor domestik masih kecil dan tak mendominasi pasar modal, alhasil ketika terjadi gejolak ekonomi global Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 60-70 persen karena perginya investor asing.

"Tapi pada tahun ini, itu kemarin (IHSG) turun sekitar 20 persen. Ini menunjukkan resiliensi dari investor domestik itu nyata, jadi bisa menekan gejolak yang ditimbulkan investor asing," kata dia.

Oleh sebab itu, Donny menekankan, pentingnya untuk meningkatkan jumlah penduduk yang berinvetasi di pasar modal. Ia meminta, untuk semakin banyak masyarakat yang masuk ke pasar modal sehingga berdampak pada ketahanan ekonomi.

"Jadi kampanyenya yaitu mulai dari investor di negeri sendiri dan mulai dari diri sendiri," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com