Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Covid-19, Luhut: Jangan Ada yang Jalan Sendiri-sendiri...

Kompas.com - 22/10/2020, 12:42 WIB
Ade Miranti Karunia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) yang juga Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan meminta semua pihak untuk bekerja sama untuk menekan laju angka kasus virus corona atau covid-19 di berbagai daerah di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Luhut ketika mengadakan rapat koordinasi secara virtual mengenai penanganan Covid-19.

Luhut menyebutkan, ada tiga strategi yang telah ditentukan dalam penanganan pandemi Covid-19. Pertama, perubahan perilaku dan deteksi awal penyebaran. Kedua, pembangunan pusat-pusat karantina dan isolasi. Yang ketiga, manajemen perawatan Covid-19.

“Saya mohon kita semua mengacu kepada tiga strategi tadi, baik dari Kemenkes, Satgas maupun Gubernur, Kapolda, Pangdam. Semua kita mengacu pada strategi itu supaya kita betul-betul satu tim, jadi tidak ada yang jalan sendiri-sendiri,” katanya melalui keterangan tertulis, Kamis (22/10/2020).

Baca juga: Luhut Khawatir Libur Panjang Picu Gelombang Kedua Covid-19

Hadir dalam rakor virtual rapat penanganan covid-19 tersebut, di antaranya Menteri Kesehatan, Kepala Satgas Covid-19 Nasional, para Gubernur, Kapolda, Pangdam, dan sejumlah pemangku kepentingan lainnya.

Luhut mengatakan, sejauh ini penanganan yang dilakukan para gubernur dan para pemangku kepentingan lain di 8 provinsi yang menjadi prioritas sudah terbilang baik.

“Sejak 9 September 2020, saya diperintah menangani delapan provinsi yang kontribusi terhadap kasus nasionalnya 72 persen. Sampai hari ini, di delapan provinsi itu tinggal 60,6 persen kontribusinya kepada nasional," katanya.

Namun Luhut menyoroti 4 provinsi yang memiliki peningkatan kasus terkonfirmasi positif tinggi yakni, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur,  dan Papua.

“Di empat provinsi saya sebut tadi, naik 7 persen dari 13, 4 persen diawal periode 9-15 September 2020 menjadi 20,5 persen di periode 14-20 Oktober 2020. Saya minta Dansatgas, Menkes, para Gubernur, Pangdam, Kapolda, tolong lihat. Jadi saya akan ikut memperhatikan juga empat provinsi ini, Sumbar, Kaltim, Riau, dan Papua,” ucap Luhut.

Luhut juga menyatakan, pelibatan TNI-Polri dalam menjalankan operasi yustisi sebagai upaya menekan angka penyebaran Covid-19 cukup berdampak. Hal ini terbukti di Provinsi Jawa Timur, angka kasus covidnya telah menurun akibat dari perubahan perilaku masyarakatnya memerapkan protokol kesehatan.

“Ini datanya real time. Kita berharap di daerah-daerah yang kasusnya tinggi supaya itu dilakukan seperti di Provinsi Jatim. Jadi kerja sama antara Gubernur, Kapolda, Pangdam, Dinkes sangat penting,” ujarnya.

Baca juga: Tak Bisa Temui Sang Istri yang Ulang Tahun, Menko Luhut Sampaikan Rasa Rindu dengan Cara Ini

Luhut mendorong 4 provinsi dengan kasus tertinggi menyiapkan sistem karantina terpusat. Sebagai upaya agar pasien yang OTG atau bergejala rendah tidak menularkan orang terdekat/keluarga saat melakukan isolasi mandiri.

Selanjutnya, Kementerian Kesehatan juga harus memastikan ketersediaan obat, tempat tidur ICU, dan memahami tata laksana klinis perawatan Covid-19. Lalu, Kemenkes juga diminta untuk mengecek kembali kapasitas di rumah sakit rujukan.

“Kemudian agar memastikan ketersediaan seluruh aspek medis, ketersediaan obat, reagen, kapasitas tempat tidur, dan sosialisasi tata laksana klinis pasien Covid19, berjalan dengan baik,” katanya.

Baca juga: Luhut Yakin Ekonomi Indonesia Tahun Depan Tumbuh 5 Persen

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com