Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 22/10/2020, 17:01 WIB
|

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia memproyeksi inflasi bakal kembali di kisaran sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada 2021 mendatang.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, proyeksi inflasi tersebut lebih tinggi dibanding proyeksi inflasi sepanjang 2020 yang bisa lebih rendah dari 2 persen, atau di batas bawah kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen.

"Pada 2021, kami proyeksi inflasi tetap rendah, berada dalam kisaran sasaran 3 persen plus minus 1 persen, kata Perry dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2020 secara virtual, Kamis (22/10/2020).

Baca juga: Tanggung Airport Tax, Pemerintah Siapkan Rp 175,7 Miliar

Kendati demikian, proyeksi inflasi yang mulai stabil pada 2021 tersebut masih dilingkupi ketidakpastian. Ada sejumlah risiko yang perlu diwaspadai seiring dengan meningkatnya permintaan domestik, sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional.

Selain itu, risiko bisa terjadi dari kesinambungan pasokan distribusi pangan antar daerah dan antar waktu, maupun pengaruh tertunda dari ekspansi moneter tertunda yang dilakukan pada 2020.

Untuk itu, sinergi yang kuat antara Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah (Pemda) dengan BI, dan dengan berbagai inovasi program pengendalian inflasi perlu diperkuat.

"Tentu saja untuk memastikan tetap terjaganya inflasi dalam rentang sasaran yang telah kita capai sejak tahun 2015," pungkas Perry.

Baca juga: Ini Cara Dapat Promo Konsultasi Halodoc Rp 5.000 Per Sesi

Sebagai informasi, Indonesia telah mengalami deflasi selama 3 bulan berturut-turut sejak Juli 2020. Tercatat, pada Juli terjadi deflasi sebesar 0,10 persen, pada Agustus sebesar 0,05 persen, dan pada September sebesar 0,05 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, Indonesia sudah lama tak mengalami deflasi berturut-turut. Berdasarkan catatannya, Indonesia terakhir kali mengalami deflasi berturut-turut pada tahun 1999.

"Perlu saya infokan deflasi berturut-turut terjadi pada tahun 1999. Waktu itu terjadi deflasi dari bulan Maret (1999) sampai September (1999). Jadi pada tahun 1999, terjadi deflasi berturut-turut selama 7 bulan," kata Suhariyanto dalam konferensi video, Kamis (1/10/2020).

Baca juga: Airport Tax Ditanggung Pemerintah, Harga Tiket Pesawat Bisa Lebih Murah

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+