Skema tersebut menghubungkan para petani, koperasi, perusahaan penyerap produk petani (offtaker), termasuk penjamin pendanaan (avalist) dan perbankan.
“Ada sisi permintaan, ada pendampingan, good agriculture practice. Termasuk science based agriculture, yang semua menjadi kesatuan,” pungkas Franky.
Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia (UI), Ari Kuncoro mengatakan, kita harus belajar dari Korea Selatan ( Korsel) agar mampu bersaing di kancah internasional.
Sebelumnya, Ari mengilustrasikan tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara tak hanya bersandar pada kekayaan sumber daya alam (SDA).
“Tingkat kesejahteraan masyarakat juga bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) serta tingkat inovasi,” ujar Ari.
Inovasi tersebut berbasis pada kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), serta tata kelola kelembagaan. Hal ini disebut juga sebagai endogenous economic growth atau pertumbuhan ekonomi endogen yang diperkenalkan ekonom Paul Romer.
Baca juga: Begini Cara APP Sinar Mas Pertahankan Populasi Gajah Indonesia yang Kritis
Adapun Korsel pada akhir dekade 70-an melakukan pembangunan dengan memadukan intervensi pemerintah melalui proteksi, insentif, termasuk subsidi bagi pelaku industrinya
“Cara ini dilakukan pula oleh Indonesia, hanya saja Korsel tak berhenti sampai di situ,”
Ari menjelaskan, ketika instrumen yang diterapkan Korsel tak lagi sesuai dengan ketentuan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Terlebih kemajuan perekonomian memunculkan aspirasi peningkatan upah pekerja yang membuat rezim buruh murah tak lagi berdaya saing,
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan