“Mereka berinovasi mengefisienkan birokrasi, infrastruktur serta kegiatan penelitian dan pengembangan yang berbasis pada perguruan tinggi,” ujar Ari.
Baca juga: Anak Pendiri Sinar Mas Kembali Gugat Hak Warisan
Menurut Ari, dana riset yang mengalir ke perguruan tinggi, menjadikan kampus sebagai pusat penelitian, dan pengembangan (litbang) yang ekonomis penghasil beragam paten yang dicari industri.
Hasilnya, seperti Korea Selatan sekarang yang menjadi salah satu negara berorientasi ekspor paling sukses di dunia.
Langkah pemerintah menggandeng kampus beserta sektor industri menurut Ari lazim dikenal dengan sebutan triple helix.
Tak hanya itu, lanjut Ari, Korsel memasuki pula industri kreatif dengan mengekspor budaya mereka mulai dari makanan, musik, film, hingga gaya berbusana, semua dikemas saling terhubung.
Baca juga: Sinar Mas Land Tawarkan Hunian Sehat Seharga Rp 900-an Juta di Grand Wisata Bekasi
“Dalam sinetron kita dapat melihat ada kuliner khas, gaya berpakaian, Korean Pop atau K-Pop, tujuan wisata andalan,” imbuhnya.
Semua bidang tersebut dilengkapi teks berbahasa Inggris. Ini adalah hal yang tidak dilakukan oleh tayangan hiburan serupa asal Jepang maupun Tiongkok.
Cara seperti itu, dinilai Ari mampu membuat produk budaya mereka menyebar, digandrungi di seluruh dunia.
Ari meyakini, soal kreativitas, Indonesia tidak kalah dengan Korsel.
“Namun, budaya inovasi belum lagi kuat terbangun, sehingga sektor industri seperti Sinar Mas dapat mengadopsi skenario sukses yang dilakukan Korsel,” terangnya.
Baca juga: Aset Sinar Mas Group Rp 737 Triliun, Freddy Widjaja Dapat Rp 1 Miliar
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan