Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan CEO Freeport McMoran Keberatan Bangun Smelter Baru di RI

Kompas.com - 27/10/2020, 08:41 WIB
Muhammad Idris

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Chief Executive Officer (CEO) Freeport McMoran, Richard Adkerson, membeberkan kalau pihaknya mengaku keberatan jika harus membangun fasilitas peleburan atau smelter baru di Indonesia.

Freeport McMoran sendiri saat ini tercatat sebagai pemilik 49 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) yang beroperasi di Papua. Sementara pemegang saham mayoritas saat ini dipegang oleh Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID).

Menurut Richard, secara hitung-hitungan bisnis, Freeport Indonesia sebaiknya memperbesar kapasitas smelter yang ada dibandingkan harus membangun pengolahan biji mineral baru.

"Sebagai alternatif, ketimbang membangun smelter baru (sebaiknya) memperluas kapasitas smelter eksisting dan menambah pabrik logam mulia," ujar Richard dikutip dari Kontan, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: Ternyata, Emas Bukan Hasil Tambang Utama Freeport

Ia melanjutkan, dengan menambah kapasitas smelter eksisting saja, belum tentu bisa menampung seluruh konsentrat yang ditambang dari Papua.

Selain itu dari hitungan untung rugi, membangun smelter baru akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Pengerjaan konstruksinya pun akan memakan waktu lama.

Menurut dia, untuk mengatasi kapasitas produksi konsentrat yang berlebih namun tak bisa seluruhnya diolah di dalam negeri, pihaknya mengusulkan pemerintah kembali membuka ekspor konsentrat mentah.

"Kami akan terhindar dari mega proyek konstruksi ini dan keuntungan finansial yang sangat positif bagi pemerintah," jelas Richard Adkerson.

Baca juga: Gerak Cepat Soeharto Izinkan Freeport Menambang Emas Papua Tahun 1967

Sebelumnya, Direktur Utama Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, apabila nantinya pembangunan smelter terselesaikan, pihaknya perlu mengucurkan subsidi sebesar 300 juta dollar AS setiap tahunnya, selama 20 tahun ke depan.

Kendati demikian, ia memastikan bahwa sampai saat ini Freeport akan terus melanjutkan pembangunan fasilitas olahan tersebut.

Sebagaimana bagian dari Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang telah disepakati pada 2018.

“Ini adalah suatu komitmen dari kita, untuk membangun smelter tetap kita lakukan terlepas dari keekonomian pembangunan smelter baru itu, kurang baik. Dalam arti kata tidak ekonomis secara moneter,” tutur Tony beberapa waktu lalu.

Baca juga: Bos Freeport Ramal Masa Depan Industri Tambang Masih Cerah

Kendati demikian, Tony mengakui, pembangunan smelter yang terletak di kawasan Industri Java Integrated and Port Estate (JIIPE) itu sempat terhenti akibat adanya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Gresik.

“Dan para kontraktor dan supplier utama kita yaitu Chiyoda dari Jepang, dari Kanada, dan juga Outotec dari Finlandia itu juga sangat terdampak Covid,” ujar dia.

Oleh karenanya, Freeport sempat meminta restu kepada pemerintah untuk menunda tenggat waktu penyelesaian proyek itu dari target awal 2022.

Namun, permintaan tersebut ditolak oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Kita tetap melaksanakan apa yang ada di dalam IUPK, kita akan tetap kita lasanakan kecuali pemerintah berpendapat lain,” ucap Tony.

Baca juga: Sebut Smelter Tak Menguntungkan, Freeport Tegaskan Tetap Lanjutkan Pembangunannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Kapan Seleksi CPNS 2024 Dibuka?

Whats New
Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Info Pangan 29 Maret 2024, Harga Beras dan Daging Ayam Turun

Whats New
Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Antisipasi Mudik Lebaran 2024, Kemenhub Minta KA Feeder Whoosh Ditambah

Whats New
Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com