JAKARTA, KOMPAS.com - Di kuartal pertama dan kuartal kedua 2020, pendapatan perusahaan pakaian olahraga Puma anjlok secara drastis akibat pandemi Covid-19.
Bahkan, CEO Puma Bjorn Gulden sempat mengatakan kondisi pandemi dirasa terlalu berat bagi perusahaannya.
"Kuartal tersulit yang pernah saya alami di industri ini," ucap Gulden, seperti dikutip dari Hypebeast, Sabtu (31/10/2020).
Baca juga: Buka Jasa Cuci Sepatu di Kos-kosan, Raka Raup Laba Jutaan Rupiah
Seiring waktu, penjualan dan keuntungan brand pakaian olahraga Jerman ini meningkat pesat pada kuartal ketiga.
Ini merupakan sinyal positif, tetapi perusahaan belum berada di kondisi yang aman.
Secara keseluruhan, penjualan tumbuh sebesar 13 persen yang disesuaikan dengan mata uang, pemulihan yang kuat di kawasan Amerika dan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
Bisnis e-commerce dan grosir juga melonjak dengan penyesuaian mata uang masing-masing sebesar 60,9 persen dan 12,3 persen.
Baca juga: Bisnis Sepatu Kulit Bakal Terus Mulus, Ini Alasannya
Puma mampu meningkatkan hasil operasinya atau laba sebelum bunga dan pajak dibandingkan tahun lalu dengan keuntungan 146 juta euro atau sekitar Rp 2,5 miliar.
Keuntungan itu didapat dari usaha pemasaran yang lebih sedikit, namun lebih efisien, serta langkah mengendalikan biaya tambahan pada kuartal pertama dan kedua.
"Kuartal ketiga berkembang jauh lebih baik dari yang saya harapkan. Toko ritel kembali dibuka, acara olahraga dilanjutkan, kepercayaan konsumen meningkat dan penjualan kami meningkat setiap minggunya," ucap Gulden.
Dia juga menyebut, performa yang kuat menegaskan kekuatan Puma sebagai merek dan industri alat olahraga secara umum.
"Kami akan tetap bergerak melalui pandemi ini dalam jangka pendek tanpa menghalangi momentum jangka menengah Puma."
"Investasi dalam kemitraan baru dengan Neymar Jr dan LaMelo Ball menegaskan keyakinan kami akan masa depan yang kuat," tambahnya.
Namun, dampak pandemi Covid-19 masih berlanjut kendati terjadi pertumbuhan pada kuartal ketiga.
Dalam jangka waktu sembilan bulan, seluruh wilayah di dunia menunjukkan penurunan penjualan.
Baca juga: Cerita Pengusaha Sepatu Kulit dari Bandung, Awalnya Reseller Kini Beromzet Ratusan Juta
Sebab, penjualan global produk alas kaki turun 5,4 persen dan pakaian 8 persen. Sebaliknya, penjualan produk aksesoris tumbuh sebesar 2,2 persen.
Proses pemulihan terus menjadi tantangan bagi merek fesyen dan pakaian olahraga, seperti Hermes yang melaporkan penurunan pendapatan sebesar 14 persen selama kuartal III 2020.