Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolt Industry, Kisah 5 Sekawan Bisnis Kulit Sapi Beromzet Rp 700 Juta

Kompas.com - 02/11/2020, 07:34 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

"Hingga suatu ketika, kita berhasil. Ada teman kasih pinjaman lagi. Kita langsung kontrak rumah, kita hire (merekrut) beberapa orang teman untuk tim produksi," cerita Agung.

Baca juga: Menkop Teten: Sertifikasi Halal Bisa Tingkatkan Omzet Penjualan UMKM

Bangun lagi dari nol

Usai mendapat modal, Agung bersama 4 orang temannya kembali membangun usaha. Inovasi terus diasah, pemasaran secara offline dengan online terus digencarkan.

"Pemasaran dari relasi, dari teman-teman. Dari mulut ke mulut. Kita bayar ads juga di Instagram dan Facebook. Ngefek, kok," papar Agung.

Sebagai UMKM lokal, visi Revolt Industry adalah memberdayakan penduduk negeri sendiri. Oleh karena itu, semua material menggunakan produk lokal. Pun orang-orang yang bekerja di dalamnya.

Untuk ciri khas, Agung tak ingin terbelit dengan rantai suplai yang terlalu panjang. Bahan mentah langsung diambilnya dari tukang samak agar pengolahan lebih maksimal dan warna jadi lebih bervariasi.

Produk yang semula hanya ditawarkan di Instagram, kini hadir di 3 e-commerce besar Tanah Air. Meski belum memiliki toko offline, produk Revolt Industry sudah tersedia di berbagai toko di Jakarta, Surabaya, Jepang, Amerika Serikat, dan Malaysia.

Produk yang ditawarkan makin bervariasi, seperti gelang tangan, gantungan kunci, dompet, tas, jaket, dan kaos.

Rentang harga untuk aksesories mulai dari Rp 125.000 hingga Rp 300.000. Dompet kulit mulai dari Rp 350.000 hingga Rp 1,2 juta. Sementara produk apparel mulai dari Rp 900.000 hingga Rp 2 juta.

"Saat pandemi, customer online selalu ada. Paling jauh dari Rusia, Brazil, bahkan Nepal. Kalau pelanggan Jepang sudah sering, sebulan bisa sampai 3-4 kali. Seminggu sekali pasti ada aja," cerita Agung.

Revolt Industry pun kerap menghadiri event-event nasional maupun internasional. Revolt Industry pernah mengikuti event di San Francisco, Amerika Serikat, hingga di Yokohama, Jepang. Tak jarang, event internasional itu didapatnya dari pelanggan luar negeri.

"Di Yokohama itu karena kita dari tahun-tahun sebelumnya sudah cari tau dan salah satu customer di Jepang kenal sama pihak penyelenggara, kita minta tolong. Event terakhir di Malaysia temen juga yang ajak. Mimpi kita adalah membawa produk karya anak bangsa bisa dikenal global," sebutnya.

Baca juga: Cerita Pengusaha Sepatu Kulit dari Bandung, Awalnya Reseller Kini Beromzet Ratusan Juta

Bangun toko pertama

Rencananya pada November tahun ini, Revolt Industry akan me-launching toko offline sejak 6 tahun beroperasi. Buka toko di tengah pandemi mungkin bukan hal yang mudah bagi pebisnis, Agung pun kerap dibilang gila karena berani ekspansi saat pandemi.

Tapi menurut Agung, pembukaan toko offline sesuai dengan nama brand-nya, Revolt, yang berarti perlawanan. Dia ingin membuktikan bahwa UMKM lokal tak sempat kalah oleh pandemi. Sebab bagaimanapun, akan selalu ada krisis dan tantangan yang mungkin lebih hebat lagi ke depan.

"Pasti saya dibilang gila. Tapi kalau kamu kalah dengan situasi seperti ini, pasti ke depan akan ada situasi yang mengancam lagi. Adanya pandemi kita diajari mental, bagaimana caranya mengembangkan pasar dengan menyediakan tempat salah satunya store (offline) itu," seloroh Agung.

Kini, karyawan Revolt Industry sudah mencapai 52 orang. Omzetnya pun meroket antara Rp 300-700 juta per bulan. Meski dia tak memungkiri, pandemi Covid-19 sempat membuat omzet terjun bebas hingga 70 persen.

"Itu sangat menantang. Salah satu caranya terus inovasi, terus hidup, bermanfaat untuk sekitar, dan jangan takut untuk melangkah. Karena kita selalu percaya, setelah ada kebarakan, akan terjadi hal lain lagi setelah Covid-19. Ini salah satu dari proses yang setiap anak tangganya enggak bisa dilewati," kata dia.

Baca juga: Resign di Tengah Pandemi, Wim Jadi Tukang Sayur Beromzet Puluhan Juta Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com