Masa pandemi bukan waktunya kamu takut. Justru menjadi ajang unjuk gigi agar produkmu lebih dikenal luas. Agung sendiri berencana membuka toko offline untuk pertama kalinya di Surabaya sejak 6 tahun beroperasi.
Adapun saat ini, penjualan dilakukan via media sosial, e-commerce, dan toko-toko rekanan.
"Pasti saya dibilang gila (mengenai rencana saya membuka toko di masa pandemi). Tapi kalau kalah dengan situasi seperti ini, pasti ke depan akan ada situasi yang mengancam lagi. Adanya pandemi kita diajari mental," seloroh Agung.
Baca juga: Omzet Terpukul Pandemi, Pengusaha Minuman Ini Banting Setir Jual Ikan Cupang
4. Manfaatkan relasi
Sebisa mungkin sejak awal merintis bisnis, kamu sudah menjalin relasi dengan pebisnis lain, investor, maupun kolega terdekatmu. Karena relasi berperan dalam pengembangan bisnismu, atau ketika bisnisnya jatuh terpuruk.
Saat rumah produksi Revolt Industry mengalami kebarakan pada 2014 misalnya, pelanggan setia banyak memberikan bantuan materil maupun immateril.
Event-event internasional pun didapatnya dari pelanggan di luar negeri. Tercatat Revolt Industry kerap mengikuti event di Malaysia, Jepang, hingga Amerika Serikat.
"Di Yokohama itu karena kita dari tahun-tahun sebelumnya sudah cari tau dan salah satu customer di Jepang kenal sama pihak penyelenggara, kita minta tolong. Event terakhir di Malaysia temen juga yang ajak. Mimpi kita adalah membawa produk karya anak bangsa bisa dikenal global," sebutnya.
5. Layani pelanggan sepenuh hati
Memberikan treatment yang baik untuk pelanggan, utamanya saat pandemi, mungkin semakin diperlukan. Apalagi di masa-masa awal, pengiriman barang dari dan ke luar negeri sempat terkendala karena adanya kebijakan lockdown.
Cara mudahnya, kamu bisa terus berkomunikasi dengan pelanggan mengenai masalah pengiriman ini. Komunikasi baiknya bukan hanya terjalin saat nomor resi terbit, tapi hingga barang benar-benar sampai kepada konsumen.
"Beri pemahaman saja, segala informasinya harus tersampaikan dengan benar. Mulai dari say hello saat mereka menghubungi. Jangan berhenti ketika barang dibeli, transaksinya selesai, dan ada nomor resi. Kita selalu, pantau, mengingatkan, dan bertanya barangnya sudah sampai atau belum," pungkas Agung.
Baca juga: Revolt Industry, Kisah 5 Sekawan Bisnis Kulit Sapi Beromzet Rp 700 Juta
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.