Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Startup Kesehatan RI Dinilai Sulit Raih Pendanaan, Mengapa?

Kompas.com - 02/11/2020, 16:15 WIB
Elsa Catriana,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Semenjak mewabahnya pandemi Covid-19 perkembangan bisnis startup di bidang kesehatan dinilai cukup berkembang pesat.

Walaupun demikian, hingga saat ini, belum ada startup kesehatan yang mendapatkan suntikan investor.

"Sejak September lalu belum ada startup kesehatan yang mendapatkan suntikan modal . Padahal penggunaan layanannya cukup melonjak, terutama sejak masa pandemi ini," ujar CEO BRI Ventures Nicko Widjaja dalam diskusi webinar AMVESINDO, Senin (2/11/2020).

Baca juga: Startup Ingin Dapat Pendanaan dari Modal ventura? Perhatikan 4 Hal Ini

Menurut dia, salah satu penyebab mengapa industri ini sulit dilirik oleh para investor lain adalah karena aturan yang dimiliki sangat kaku jika dibandingkan dengan sektor keuangan. "Cukup terbilang lebih rigid lah dibandingkan sektor finansial," ucapnya.

Wakil Ketua I AMVESINDO William Gozali juga mengatakan hal yang demikian. Dia menilai, startup kesehatan di Indonesia cenderung lebih fokus pada kesehatan dan perawatan diri (consumer healthcare).

Hal ini pun cukup jauh berbeda dengan ekosistem yang ada di Singapura yang memiliki ekosistem yang terbilang banyak, untuk industri healthcare di rumah sakit.

"Sementara kalau di Indonesia itu yang banyaknya malah pada bagian consumer healthcarenya, jadi terbalik," ucapnya.

Baca juga: Cari Penghasilan? Startup Bisnis Kopi Keliling Ini Buka Lowongan

Dia mengakui memang saat ini di Indonesia, sudah menggunakan sistem pembayaran kesehatan melalui online, namun jika dilihat dari besar perkembangannya belum cukup sustainable. "Walaupun online, tapi size-nya belum bisa sustainable," ucapnya.

Selain itu dia juga mengatakan, yang membuat startup kesehatan sulit mendapatkan pendanaan adalah rumitnya regulasi. Regulasi yang dibuat pun berasal dari adanya kebiasaan-kebiasaan dari masyarakat.

"Biasanya kan kalau beli barang di e-commerce itu kalau salah, bisa diganti. Tapi kalau produk kesehatan salah, itu mengerikan juga. Ini jugalah yang menjadi tantangan bagi startup kesehatan kita," jelas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com