JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak menguat pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa (3/11/2020). Kemarin IHSG ditutup melemah 0,26 persen pada level 5.115,12.
Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper mengatakan, potensi penguatan IHSG terdorong sentimen indeks manufaktur global dan laporan keuangan korporasi pada kuartal III tahun 2020 yang membaik.
“Pergerakan IHSG akan cenderung menguat didorong rilis laporan keuangan emiten per kuartal III, serta didukung data manufaktur yang cukup baik dibandingkan ekspektasi. Namun, pergerakan diperkirakan akan volatil pada hari pemilu presiden Amerika Serikat,” kata Dennies dalam keterangan tertulis, Senin (2/11/2020).
Baca juga: Simak Saham-saham yang Bisa Dilirik Tahun 2021
Sementara itu, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, pergerakan indeks hari ini akan dipengaruhi oleh kenaikan kasus Covid-19 dan sengketa pemilu AS yang memperlambat persetujuan stimulus fiskal.
Indeks manufaktur PMI (Purchasing Managers Index) AS bulan Oktober 2020, naik pada level 59,3, setelah pada September berada pada level 55,4. Demikian juga dengan indeks PMI China yang membaik di bulan Oktober, yakni 51,4, sementara pada September di level 51,5.
Namun demikian, index PMI Indonesia pada Oktober 2020 berada pada level 47,8 berdasarkan survey IHS Markit. Posisi ini lebih baik jika dibandingkan dengan September 2020, sebesar 47,2. HIS Markit mengkategorikan level di atas 50 sebagai merupakan level ekspansi. Namun, jika nilai di bawah 50 menunjukkan indikasi perlambatan industri.
Di sisi lain, sentimen pemilu AS yang berlangsung pada 3 November 2020 menimbulkan kekhawatiran pasar akan perlambatan negosiasi paket stimulus untuk membantu ekonomi saat pandemi Covid-19.
Hans juga mengatakan, jika kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden terpaut selisih tipis dengan Presiden Donald Trump, maka ada potensi pertarungan hukum dan sengketa. Namun demikian survey Reuters menyatakan persentase kemenangan Biden jauh lebih tinggi daripada Trump.
“Pasar khawatir dengan pemilu AS, namun sekarang kekhawatiran mereda karena Biden jauh d atas Trump. Tadinya pasar khawatir kalau sengketa bikin stimulus berlarut-larut,” jelas dia.
Sentimen negatif juga muncul dari kenaikan kasus di Eropa yang mendorong Jerman dan Perancis melakukan pembatasan pada sektor bisnis.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.