Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menakar Dampak Hasil Pilpres Amerika terhadap Perekonomian Indonesia

Kompas.com - 04/11/2020, 06:20 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemlihan presiden Amerika Serikat (AS) mulai dilaksanakan pada 3 November waktu setempat, sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Gelaran pesta demokrasi ini telah ditunggu lama oleh para pelaku pasar seluruh dunia.

Sampai saat ini pelaku pasar masih menunggu kepastian arah kebijakan AS ke depan. Pasalnya, negara adidaya tersebut memiliki dampak besar terhadap perekonomian di berbagai negara penjuru dunia, termasuk Indonesia.

Jika dilihat berdasarkan realisasi neraca dagang pada September lalu, AS menjadi negara kedua tujuan ekspor non migas Indonesia, dengan nilai sebesar 1,69 miliar dollar AS. Sementara impor, AS hanya kalah oleh China dan Singapura, dengan nilai sebesar 607,4 juta dollar AS.

Oleh karenanya, hasil kemenangan antara Joe Biden, atau petahana, Donald Trump, sangat ditunggu-tunggu oleh banyak pihak dalam negeri.

Baca juga: Tarif Tol JORR I Akan Naik, Ini Rinciannya

Lantas, bagaimana dampak hasil pemilihan presiden AS nantinya terhadap perekonomian Indonesia?

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teuku Rifky menilai, sejauh ini dampak langsung dari pemlihan presiden AS terhadap perekonomian AS masih sulit dilihat.

“Kalau dilihat secara fundamental masih agak sulit mengukur dampak dari pemilu AS kali ini terutama terhadap perekonomian Indonesia,” ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (4/11/2020).

Kendati demikian, Teuku meyakini, apabila nantinya Donald Trump kembali terpilih, perekonomian secara global akan kembali dihadapkan kepada ketidakpastian kebijakan dari Negeri Paman Sam.

“Kita sudah melihat bagaimana Trump di masa pertama kepemimpinannya di mana penuh kontroversi dan ketidakpastian,” ujarnya.

Baca juga: Industri Manufaktur Oktober Naik Tipis, Menperin: Alhamdulillah Ini Berita Baik

Menurutnya, Biden memiliki potensi yang lebih besar untuk memberikan sentimen positif terhadap perekonomian global ke depan, termasuk Indonesia.

Pasalnya, Biden disebut tidak akan memberikan ketidakpastian layaknya Trump lakukan dalam periode kepemimpinannya.

Teuku menilai, Biden akan meregangkan kebijakan proteksionis yang selama ini dilaksanakan Trump, dengan cara meredam tensi geopolitik dengan berbagai negara maupun organisasi internasional.

“Tentunya ini semua tidak pasti,” kata dia.

Namun, Teuku meyakini dengan proyeksi-proyeksi kebijakan yang akan dikeluarkan Biden, perekonomian ke depan diyakini menjadi lebih baik.

“Biden dirasa akan lebih membawa kestabilan dan menurunkan ketidakpastian di pasar global akibat dampak pengaruh politik AS yang besar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia,” ucapnya.

Baca juga: Satgas PEN Akui Sempat Kewalahan Tangani Penyaluran Bansos yang Melonjak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Aliran Modal Asing Keluar Rp 21,46 Triliun dari RI Pekan Ini

Whats New
Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kementerian PUPR Buka 26.319 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com