Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Negatif

Kompas.com - 04/11/2020, 17:32 WIB
Yohana Artha Uly,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 masih negatif, melanjutkan realiasi pada kuartal II-2020 yang negatif 5,32 persen. Ini seiring masih berlangsungnya pandemi Covid-19.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun 2020 diperkirakan di kisaran negatif 3,13 persen. Kontraksi itu memang tidak sedalam kuartal sebelumnya.

Menurutnya, proyeksi tersebut didasarkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang sudah mengalami perbaikan meski tetap terkontraksi. Seperti diketahui, konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi terbesar dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Global Diprediksi Bisa Minus 5 Persen, Terburuk dalam 80 Tahun Terakhir

Josua memproyeksikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga di kisaran negatif 3,54 persen pada kuartal III-2020, tidak sedalam kuartal sebelumnya yang negatif 5,51 persen.

"Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan pelonggaran PSBB di berbagai daerah di Indonesia yang mendorong peningkatan pada pergerakan masyarakat, meskipun situasinya belum kembali ke level normal," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (4/11/2020).

Menurutnya, indikasi konsumsi rumah tangga yang menunjukkan perbaikan terbatas sepanjang kuartal III- 2020, nampak dari laju pertumbuhan penjualan ritel yang tercatat negatif 7,3 persen dari kuartal sebelumnya negatif 14,4 persen.

Selain itu Josua memperkirakan, pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal III-2020 akan negatif 7,9 persen. Kontraksinya mengecil dibandingkan kuartal II-2020 yang tercatat negatif 8,61 persen.

Meski kontraksi sedikit membaik, namun investasi bangunan dan non bangunan masih cenderung terkontraksi. Hal ini tecermin dari pertumbuhan impor barang modal yang tercatat negatif 24,9 persen, serta penjualan semen yang tumbuh negatif 10,5 persen.

"Kontraksi penjualan semen mengindikasikan investasi bangunan sepanjang Juli-September 2020 masih mengalami penurunan," imbuh Josua.

Sementara konsumsi pemerintah diperkirakan cenderung tumbuh positif pada kuartal III-2020, yang didorong oleh peningkatan realisasi belanja kementerian/lembaga, serta penyerapan anggaran perogram pemulihan ekonomi nasional (PEN).

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Akan Diumumkan Besok, Apakah Sudah Pasti Resesi?

Senada, Direktur Riset Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi akan di kisaran negatif 3 persen pada kuartal III-2020. Lebih baik dari kuartal sebelumnya seiring dengan pelonggaran PSBB dan penyaluran bansos yang dilakukan pemerintah.

"Pelonggaran PSSB dan adanya berbagai bantuan membantu menahan penurunan konsumsi, meskipun masih tumbuh negatif tapi sedikit Lebih baik dibandingkan kuartal II," ungkapnya.

Piter menekankan, sekalipun terjadi perbaikan ekonomi di kuartal III-2020, namun jika pandemi terus berlangsung dan memburuk sehingga terjadi lagi pembatasan aktivitas, maka pertumbuhan ekonomi akan kembali turun di kuartal selanjutnya.

"Meskipun lebih baik dibandingkan kuartal II, tetapi tidak bisa mengatakan kuartal III menjadi landasan untuk kuartal IV, karena pertumbuhan ekonomi sepenuhnya dipengaruhi oleh pandemi," jelas Piter.

Sementara itu, Lembaga Penelitian Ekonomi Manajemen (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 berada di kisaran negatif 3,9 persen hingga 2,8 persen.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, kembali munculnya gelombang pandemi Covid-19 di beberapa negara yang sudah pulih menjadi tekanan eksternal bagi ekonomi Indonesia, khususnya perdagangan.

Dari sisi domestik, masyarakat masih menahan konsumsi hingga ke tingkat pra pandemi. Oleh karena itu, tanda-tanda perbaikan daya beli masih terbatas, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, karena belum ada keyakninan sampai kapan krisis akan terjadi.

"Cukup dapat dipastikan bahwa perekonomian masih akan mengalami tekanan setidaknya untuk tahun ini," ujar Teuku.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com