Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Resesi, Ekonom: Pemerintah Perlu Lebih Dorong Konsumsi dan Pengendalian Pandemi

Kompas.com - 07/11/2020, 21:11 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian Indonesia pada kuartal III-2020 tercatat minus 3,49 persen. Kendati demikian, kontraksi ini mengecil ketimbang kuartal sebelumnya yang minus 5,32 persen.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, realisasi itu memang memastikan ekonomi Indonesia mengalami resesi, namun sekaligus menunjukkan tren pemulihan sudah mulai terlihat.

"Pemulihan sudah mulai terlihat dari sebagian komponen, baik pengeluaran dan produksi," ujar Josua kepada Kompas.com, dikutip Sabtu (7/11/2020).

Baca juga: Indonesia Resesi, Bakal Berujung Krisis?

Ia mengatakan, dari segi pengeluaran, ekonomi kuartal III-2020 ditopang oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh 9,76 persen, dari kuartal sebelumnya yang minus 6,9 persen. Konsumsi pemerintah sekaligus menjadi satu-satunya komponen yang tumbuh positif.

"Konsumsi pemerintah terindikasi dari percepatan belanja pemerintah, termasuk akselerasi penyerapan anggaran PEN (pemulihan ekonomi nasional)," ungkapnya

Kendati demikian, Josua menekankan, meskipun penyerapan anggaran PEN cenderung meningkat, namun aktivitas perekonomian baik dari sisi konsumsi dan produksi cenderung belum pulih signifikan.

Terlebih pandemi memang masih sangat mempengaruhi keputusan konsumen, khususnya masyarakat berpendapatan tinggi yang masih menahan belanja. Ini nampak dari konsumsi kebutuhan pokok, bahkan kebutuhan tersier yang terkontraksi cukup dalam

Oleh sebab itu, ia menilai, kedepannya, pemerintah perlu secara konsisten meningkatkan produktivitas dari belanja APBN dan APBD. Selain itu, perlu juga percepatan penyerapan anggaran PEN, terutama terkait stimulus untuk sisi permintaan.

"Khususnya pada anggaran perlindungan sosial, yang akan memberikan bantalan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah, sehingga dapat mengurangi dampak negatif dari Covid-19 pada daya beli masyarakat," jelas Josua.

Di sisi lain, pemerintah perlu pula untuk lebih bekerja keras dalam aspek pengendalian pandemi dari sisi kesehatan, melalui mengurangi penyebaran virus, menurunkan tingkat kematian, serta penyediaan vaksinasi Covid-19.

"Dengan upaya tersebut, kepercayaan masyarakat dan potensi kegiatan pun akan meningkat, sehingga konsumsi akan pulih lebih signifikan lagi," imbuhnya.

Josua melanjutkan, dengan peningkatan sisi permintaan masyarakat tersebut, maka capacity utilization dari sisi produksi juga meningkat yang pada akhirnya dapat menggerakkan investasi.

Sementara dengan pengendalian dari sisi kesehatan, maka diharapkan dapat Indonesia memasuki kondisi menuju normal baru. Sehingga stimulus fiskal di sisi produksi, serta efek penurunan suku bunga BI akan lebih berdampak untuk terus mendongkrak produktivitas guna kembali ke kondisi sebelum pandemi.

Oleh sebab itu, kata dia, meskipun pada tahun ini perekonomian Indonesia mengalami resesi, yang juga dialami oleh sebagian besar negara lain di dunia, namun strategi kebijakan penangangan Covid-19 dan PEN diharapkan akan mendukung perekonomian Indonesia untuk tetap bertahan saat atau pasca pandemi.

"Sehingga kecenderungan perekonomian domestik akan memasuki siklus pemulihan ekonomi yang pada akhirnya perekonomian Indonesia akan kembali berekspansi," pungkas Josua.

Baca juga: Staf Khusus Sri Mulyani: Saat Ini yang Penting Bukan soal Resesi atau Tidak Resesi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

[POPULER MONEY] Kartu Prakerja Gelombang 66 Dibuka | Luhut dan Menlu China Bahas Kelanjutan Kereta Cepat Sambil Makan Durian

Whats New
Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Ada Konflik di Timur Tengah, RI Cari Alternatif Impor Migas dari Afrika dan Amerika

Whats New
Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Langkah PAI Jawab Kebutuhan Profesi Aktuaris di Industri Keuangan RI

Whats New
Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Akar Masalah BUMN Indofarma Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Nestapa BUMN Indofarma, Sudah Disuntik APBN, tapi Rugi Terus

Whats New
Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Tol Japek II Selatan Diyakini Jadi Solusi Kemacetan di KM 66

Whats New
Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Punya Gaji Tinggi, Simak Tugas Aktuaris di Industri Keuangan

Whats New
Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Nasib BUMN Indofarma: Rugi Terus hingga Belum Bayar Gaji Karyawan

Whats New
Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Pembatasan Pembelian Pertalite dan Elpiji 3 Kg Berpotensi Berlaku Juni 2024

Whats New
OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

OJK Sebut 12 Perusahaan Asuransi Belum Punya Aktuaris

Whats New
OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

OJK Cabut Izin Usaha BPR Syariah Saka Dana Mulia di Kudus

Whats New
Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Ada Indikasi TPPU lewat Kripto, Indodax Perketat Pengecekan Deposit

Whats New
Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Produk Petrokimia Gresik Sponsori Tim Bola Voli Proliga 2024

Whats New
OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

OJK Sebut Perbankan Mampu Antisipasi Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Bertemu Tony Blair, Menko Airlangga Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com