Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Batik Ecoprint Bertahan di Tengah Pandemi Covid-19

Kompas.com - 09/11/2020, 07:35 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kondisi pandemi Covid-19 memang membuat banyak bisnis cukup terpukul. Demikian juga dengan usaha batik ecoprint milik Pintya Dwanita Ayu Pratesthi.

Memulai usaha ecoprint sejak akhir tahun 2018, Pintya mengaku sempat mengalami kendala di awal pandemi Covid-19.

Namun demikian, dengan usaha yang giat, inovasi produk, serta strategi usaha yang disesuaikan dengan kondisi pandemi Covid-19, membuat bisnis miliknya tetap bertahan.

Dengan 4 orang karyawan yang bekerja saat ini, Pintya mengaku untuk tetap bertahan, dirinya fokus kepada operasional inti, seperti pembelian bahan baku dari produk yang banyak terjual.

Baca juga: UMKM Mau Dapat Endorse Gratis dari KFC? Begini Caranya

“Pastinya untuk dunia craft & fashion ada penurunan di masa awal pandemi namun setelahnya tetap harus bangkit dan melakukan inovasi produk maupun jasa. Berangsur-angsur usaha dan pendapatannya kembali naik walau belum sebaik sebelum pandemi,” jelas Pintya kepada Kompas.com, Jumat (6/11/2020).

Wanita berhijab ini mengaku, pada tiga bulan pertama saat Covid-19 melanda, usahanya sempat mengalami penurunan pendapatan sebanyak 70 persen.

Namun setelah 6 bulan perlahan usahanya mulai kembali pulih meskipun pendapatannya masih turun sekitar 30 persen sampai dengan 35 persen.

Ecoprint merupakan pengolahan kain dengan penggunaan berbagai sumber kekayaan alam, seperti daun, bunga, maupun batang pohon, sehingga lebih lebih alami dan eco-friendly.

Ecofriendly product, mendukung slow fashion dan juga menjadi tren saat ini. Masyarakat cenderung lebih menyukai hal yang alami, dan exclusive product. Apalagi, jumlahnya terbatas dan tidak pasaran,” jelas dia.

Baca juga: Riset: 9 Persen UMKM yang Go Digital Catat Kenaikan Omzet saat Pandemi

Di sisi lain, perkembangan ecoprint kian dikenal saat ini. Menurut Pintya, konsumen produk tekstil saat ini sudah aware, sehingga kerajinan ecorprint pun mempunyai daya tarik. Apalagi, saat ini ecoprint tidak hanya sekedar busana saja.

Sementara itu, untuk perawatan kain ecoprint tidak ubahnya dengan batik yang bertahan sekitar dua tahun dengan penggunaan rutin. Pintya mengatakan, kain ecoprint bisa dicuci dengan tangan dan sabun khusus batik atau soft detergent. Kemudian, kain dapat dijemur di tempat teduh.

“Tekstil dengan pewarna sintetis saja jika tidak dirawat engan baik bisa meluruh, jadi jika punya pakaian atau kain warna alam seharusnya dirawat dengan baik,” ungkap dia.

Dia mengaku produk ecoprint sudah pernah ikut pameran di berbagai negara, seperti Jepang, Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Sementara untuk harga, Pintya pun mematok harga produknya variatif. Untuk produk masker ecoprint mimslanya dijual mulai Rp 19.000 hingga Rp 22.500. Sedangkan untuk baju dan kain, berkisar Rp 250.000 sampai Rp 1,5 juta.

Baca juga: Revolt Industry, Kisah 5 Sekawan Bisnis Kulit Sapi Beromzet Rp 700 Juta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com