Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Penyintas Covid-19, Menteri Edhy Mengaku Sempat Mimpi Buruk dan Tolak Ventilator

Kompas.com - 13/11/2020, 11:26 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menceritakan kesaksiannya saat terinfeksi virus Covid-19 saat sempat dirawat di ruang ICU selama 21 hari di RSPAD Gatot Soebroto.

Edhy mengaku, sempat muncul sekelebat pikiran untuk loncat dari gedung saat sesak napas mulai menghantui. Tapi dia sadar, cara sembuh dari virus adalah dengan percaya diri dan jangan menyerah. Sebab obat-obatan yang diberikan pun hanya mampu mencegah dan menstabilkan imun tubuh.

Karena percaya diri diyakininya sebagai obat Covid-19, maka Edhy menolak dipasangi ventilator.

Menurut dia, bagaimana seseorang bisa percaya diri, menimbulkan adrenalin, bangkit dari keterpurukan dalam keadaan pingsan atau tidak sadar saat dipasangi ventilator?

Baca juga: Ini Penjelasan Menteri Edhy soal Izin Operasi Kapal Asing dalam UU Cipta Kerja

"Akhirnya saya tolak pakai ventilator. Karena orang yang saya lihat di kanan kirinya pakai ventilator, enggak bangun-bangun. Saya enggak anti pakai ventilator karena dia alat yang bantu kita berobat. Pada saat itu, saya tidak ingin pakai karena saya merasa masih sadar," kata Edhy saat menyampaikan sambutan di acara Kick Off Coremap CTI Kementerian PPN/Bappenas, Jumat (13/11/2020).

Edhy menyebut, tidak ada jaminan orang yang kuat ada sering olahraga seperti dirinya bisa terbebas dari Covid-19. Terkadang, orang yang lemah fisiknya justru bisa lebih terhindar karena mereka menerapkan prinsip kehati-hatian.

Dia mengaku sempat merasa kuat sehingga pekerjaan apapun seolah-olah bisa dia lakukan.

"Ada masanya orang kuat itu ada titik lemahnya. Atlet sehebat apapun pada saat latihan optimal, di ujung latihan optimal itulah titik terlemah, di situ Covid-19 masuk," ucap Edhy.

Dia menyarankan, bila merasa demam ada sedikit lelah, ada baiknya berdiam diri di rumah. Kemudian lakukan tes usap (swab test) untuk memastikan tubuh terkontaminasi virus atau sebaliknya.

Kalau justru positif, kuncinya jangan panik. Sebab begitu panik, kekuatan tubuh akan melemah. Pikiran positif justru dibutuhkan saat-saat ini untuk melawan virus.

Saat menjalani perawatan, Edhy juga sempat demam tinggi dan mengalami mimpi buruk dari tenggelam hingga dimakan harimau. Namun dia mencoba berpikir positif lagi dengan mencari hal-hal yang dia ingin lakukan, seperti melakukan panggilan video dengan teman semasa kecil.

"Makanlah makanan yang paling kita sukai. Makanlah sebanyak-banyaknya yang sempat kita hindari karena harus diet. Karena itu titik kekuatan," saran Edhy.

Baca juga: Beberkan Keuntungan Budidaya Hasil Laut, Edhy: Siapa yang Bisa Nabung Rp 50 Juta Per Tahun?

Saat ini, Edhy merasa sudah lebih baik dibanding hari kemarin. Film hasil rontgen thorax atau rontgen dada sudah menunjukkan warna paru-paru kembali menghitam meski belum 100 persen normal.

Sebelumnya selama 3 kali rontgen thorax, Edhy masih menemukan adanya bercak putih di paru-paru.

"Saya recovery satu bulan paling cepat. Paru-paru saya putih. Tiga kali rontgen (masih) putih. Alhamdulillah sudah hitam walau belum 100 persen. Jangan menyerah," pungkas Edhy.

Baca juga: Menteri Edhy Memuji Satu Gagasan Era Susi Pudjiastuti, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com